Selasa, 18 April 2017

Sehat Secara Alami vs Sehat Secara Islami

Banyak orang berinvestasi untuk mengobati sakit. Padahal sakit disebabkan dari pola hidup yang tidak baik secara terus-menerus. Alangkah baiknya kita mengetahui sejak dini bagaimana tubuh bisa sakit dan bagaimana tubuh bisa sehat. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Senin, 17 April 2017

Paru Paru Basah

Paru-paru basah merupakan istilah di masyarakat yang sering digunakan dokter atau petugas medis untuk menunjukkan kelainan pada rongga paru-paru yang terisi cairan paru-paru. Proses yang sebenarnya adalah proses peradangan pada paru-paru.

Mengapa disebut basah, karena memang paru-paru terisi cairan radang. Penyakit paru-paru basah ini disebabkan oleh sekitar 30 macam sumber infeksi. Penyebab utamanya adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia dan partikel.

Virus sinsitial pernapasan (respiratory syncial virus atau RSV), painfluenza, influenza, dan adenovirus merupakan yang paling kerap menyebabkan pneumonia. Penyakit pneumonia dapat juga terjadi karena aspirasi kandungan lambung, air atau iritasi.

Umumnya infeksi virus saluran pernapasan bawah berlangsung selama musim dingin atau hujan. Penyakit paru-paru basah kalau dibiarkan bisa berakibat fatal. Adapun slusinya bisa kita baca di bawah ini.

Paru-paru basah sangat tepat bila diobati dengan :
1. Dewasa : Gamat (teripang Emas) 2 x 2
                   Madu SJ / Extra Food  3 x 3
                   N-Green                      2 x 2
                   Deep Squa                   2 x 1
                   Kopi 7 Elemen             Tiap Pagi

2. Anak-Anak : N-Green                      2 x 1
                         Gamat                         2 x 1
                         Deep Squa                  1 x 1
                         Madu SJ / Extra Food 3 x 1
                         Kopi 7 Elemen            Tiap Pagi

3. Anak-Anak di bawah 10 tahun bisa menyesuaikan kondisinya.
    N-Green                 1 x 1
    Gamat                     1 x 1
    Madu / Extra Food 2 x 2
    Spirulina                  3 x 1

Herbal untuk paru-paru basah dangat baik dengan Gamat atau teripang emas karena Gamat sangat baik untuk : a. Inflamasi
           b. Mengurangi rasa sakit
           c. Mengaktifkan pertumbuhan dan aktifitas sel-sel
           d. Anti radang
           e. Anti bakteri
           f. Anti virus
       
Rumus Herbal yaitu : Unsur Hewani + Unsur Nabati + Unsur Netral

Hub. WA/Telp : 0857 2950 6581
         FB         : Amrijenggel
         BBM     :  D15AA747
   

Kamis, 06 April 2017

Sangkan Paraning Dumadi


Sangkan paraning dumadi adalah dari mana - bagaimana - kemana. Sangkan paraning dumadi adalah ajaran asal muasal perjalanan dan tujuan akhir sebagai endingnya. Hampir semua agama mengenal konsep sangkan paraning dumadi ini. Kita dari mana, mau bagaimana dan menuju kemana. Sangkan paraning dumadi ini di alam spiritual jawa merupakan ruh setiap ajaran yang masuk ke Jawa. Apapun agama yang di anut oleh masyarakat jawa mempunyai kesadaran penuh terhadap siapa kita, dari mana dan mau kemana.

Mulai Islam menyebar di nusantara, konsep tauhid dan  keilahian inilah yang mudah merasuk ke dalam alam pemikiran Nusantara alias Jawa. Karena orang Timur Tengah pada waktu itu menyebut nusantara dengan Al Jawi atau tanah Jawa. Nilai spirit Islam diletakkan pada pendekatan tasawuf sebelum akhirnya mempelajari Fikih atau syariat. Jika pendekatannya dibalik, mempelajari yang fisik dulu maka nilai-nilai Islam pada waktu itu akan mental berbalik arah. Orang akan sulit mempercayai konsep ketauhidan karena yang ada adalah orang akan belajar upacara dan tata cara semata tanpa mengerti esensinya. Keyakinan dan ketauhidan adalah tonggak dari agama dan kepercayaan sesorang. Tasawuf mengajarkan dan menjabarkan lebih detail tentang konsep ketuhanan dan konsep aqidah. Tasawuf menawarkan tatanan yang lebih halus lan harmonis hubungan antara Sang Pencipta dan hamba-Nya. Sangkan paraning dumadi sendiri dalam tasawuf akan digodok sampai mengental sampai kepada manunggaling kawula kelawan Gusti. Menyatunya hamba dan Tuhan sebagai tujuan akhir tatanan pendekatan tasawuf.Tasawuf dengan cara lebih mendalam menanyakan "siapakah kita?"Tauhid sendiri berati engkau atau aku melebur diri kepada-Nya. Metodenya adalah peniadaan diri, dan itu ditempuh dengan terus-menerus mengikis kepentingan diri sendiri.

Dalam istilah Islam sendiri sangkan paraning dumadi di jelaskan penuh dalam kutipan "inna lillahi wa inna ilaihi rojiun". Kira-kira begini "sesungguhnya kita ini milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kita kembali. Ini berarti bahwa sebenarnya semua makhluk-Nya berasal dari-Nya dan kelak akan kembali lagi ke hadirat-Nya. Dalam tahapan pencapaian kembali kehadirat-Nya maka hanya dengan pendekatan tasawuf akan lebih bisa terbahas secara rinci dan melalui olah batin atau laku. Tasawuf mengenal suluk atau jalan untuk mencapai. Para pengguna jalan ini dinamakan salik. Tasawuf akan menjalani dzikir, suluk, tirakat dan riadhoh yang kesemuanya itu adalah perang besar melawan diri atau ego. Perang seumur hidup yang harus kita latih tanpa henti. Sampai akhirnya diri ini mengenal diri bahwa diri ini sebenarnya adalah makhluk yang hina dina di hadapan-Nya. Tanpa marhamah dan karunia-Nya maka salik atau pengaut ajaran agama akan hancur lebur tak berdaya. Sesungguhnya ketika dia kenal dirinya maka dia akan berkata bahwa tiada daya dan upaya melainkan dari Daya-Nya.

Hidup adalah pertandingan seumur hidup. Sedangkan petinju yang empat bulan sekali bertanding sekedar sepuluh ronde saja perlu tiga bulan berlatih. Apalagi kita yang harus bertanding melawan hawa nafsu seumur hidup. Maka untuk menjadi pemenang sejati kita juga butuh pelatih dan pembimbing. Dalam melakukan pencarian jati diri ini salik memerlukan guru sejati yang disebut sebagai mursyid atau murobbi ruhhi dunyan wakhiratan. Tanpa seorang pembimbing maka dengan mudah para salik akan tersesat dan kalah. Perjalanan yang seharusnya menuju kepada-Nya bisa berbelok kemana-mana. Sehingga bisa jadi dalam perjalanan kita tidak sedang menuju-Nya. Guru mursyid sendiri hendaklah ia yang sudah kenal atau akrab dengan Tuhan alias beliau sendiri sudah mencapai tarafat ma'rifatullah. Orang yang tahu posisi koordinat dirinya dengan Tuhannya. Maka kita selalu dianjurkan untuk bisa dekat dengan-Nya. Jika belum bisa dekat dengan-Nya maka kita setidaknya dekat dengan orang yang dekat dengan-Nya.

Sangkan paraning dumadi merupakan proses kehidupan sementara menuju kehidupan yang abadi. Kita manusia oleh -Nya dilepaskan di dunia untuk berjalan sejauh mungkin untuk mendekat kepada-Nya. Pergi untuk kembali. Sepertinya kita sedang pergi menuju padahal hakikatnya kita sedang akan kembali. Pada perjalanan  ini sesungguhnya manusia akan kesulitan mengenal Tuhannya. Maka Dia dengan segala kekuasaan-Nya menurunkan Agama sebagai kompas dan rambu-rambu dalam menjalankan kehidupan yang penuh dengan kegelapan ini. Maka konsep Islam menyebutnya dengan kata-kata "cahaya". Dari kegelapan menuju cahaya, minaddzulumati ilannur. Maka seseorang akan mendepatkan pencerahan yang hakiki yakni ma'rifat kepada-Nya.

Dalam khasanah Jawa lagi-lagi kita disuguhi dengan sebuah kisah yang sangat relegius yakni kisah dewa ruci. dewa adalah gede jiwa yang maksudnya adalah kebesran hati untuk menerima kehidupan dengan jalan Agama dan kepercayaan. Ruci adalah guru yang suci yang merupakan bentuk perintah untuk mencari pembimbing alias guru suci atau guru sejati atau guru mursyid atau guru yang murobbi ruhiina. Ada guru yang mengajari tata cara dan upacara, ada guru yang membimbing alam batiniah atau alam spiritual. Nah, guru yang kedua itulah disebut Guru Suci alias Ruci.

Hingsun atau Sang Dewa Ruci bertakhta di pusat hati (Telenging Manah). Ia bisa menyatakan keberadaan-Nya secara visual seperti sosok diri kita dalam rupa siluet atau atau tubuh cahaya. Inilah yang disaksikan Bima atau Wrekudara dalam lakon wayang Dewa Ruci. Inilah realitas yang jika kita masuki, kita akan menemukan jagat raya tanpa batas. Lakon wayang Dewa Ruci hendak menyatakan bahwa Sang Dewa Ruci sejatinya adalah representasi dari Suwung yang meliputi segalanya dan mengejawantah dalam rupa jagat raya beserta segala isinya.
.
Untuk bisa mengalami penyaksian terhadap Dewa Ruci, metode yang bisa dilakukan adalah memperhatikan dan merasakan getaran lembut di pusat hati, lalu bawalah kesadaran ke titik itu dan selamilah realitasnya semakin dalam. Inilah yang disimbolkan sebagai tindakan memasuki Segaraning Hurip (samudra kehidupan). Memasukinya dengan sikap relaks dan berserah diri, bukan ngotot dan obsesif, realitas jiwa kita akan tersingkap dan selanjutnya kita bisa menyaksikan keberadaan Sang Dewa Ruci, jati diri kita sendiri yang tanpa batas.
.
Sang Dewa Ruci inilah penuntun sejati dari setiap pribadi. Dialah yang mengajari setiap pribadi perihal laku harmoni dan kenyataan hidup apa adanya. Maka, Dewa Ruci pun disebut sebagai Guru Sejati. Menangkap pelajaran, pesan, dan titah Sang Guru Sejati, lalu mematuhinya adalah jalan menuju peningkatan kesadaran yang bermuara pada kesempurnaan hidup. Wallahu a'lam.

Rabu, 05 April 2017

Para Malaikat Sahabat Empat


PARA MALAIKAT
SAHABAT EMPAT
Oleh: Emha Ainun Najib
1
Wahai para Malaikat sahabat empat
Temanilah aku malam ini pergi berkelana
Berkunjung, menyapa dan mengagumi para saudara
Yang kampungnya mengambang di remang rawa-rawa
Tiang-tiang rumah mereka keteguhan hati
Tapi Lantainya api
Ranjang mereka mimpi kesakitan
Tapi bangun pagi mereka selalu senyuman
Atap dan genting mereka kelegawaan
Angin menghembuskan bakteri dan kuman
Dari arah yang tak beraturan
Tapi setiap kali tiba di puncak cemas dalam kegelapan
Mengalir rasa dingin yang meresap di dalam dada mereka
Rupanya dari langit bertabur semacam benih-benih rahasia
Yang ditanam di pesawahan keabadian
Yang menghampar di dalam jiwa mereka

2
Wahai para Malaikat sahabat empat
Kalau ini bukan sunyi, apa namanya

Wahai para Malaikat sahabat empat
Mungkinkah kosong, tak sanggup kugambar apa-apa

Wahai para Malaikat sahabat empat
Pahamku hampa, rumusanku sirna
Dimana gerangan tempat persembunyian-Nya

3
Wahai para Malaikat sahabat empat
Mohon sampaikan kepada Maha Baginda
Bahwa di bumi perantauanku tak ada duka
Tak ada derita
Tak juga sengsara
Yang ada hanya cinta
Lapar dahaga
Dan rasa sakit kerinduan kepada-Nya

Wahai para Malaikat sahabat empat
Sampaipun neraka kuikhlaskan
Asalkan dari kawah siksaan
Wajah-Nya membayang
Pun seindah senikmat apapun
Sorga Menggendong mengayun-ayunku
Takkan berkurang kesedihan dan sunyiku
Kalau tak bisa kupandangi Wajah Cintaku

4
Wahai para Malaikat sahabat empat
Berkenankah Baginda menunjukkan kepadaku
Untuk hiburan selama menunggu
Selesainya kehidupan dunia yang begitu dungu
Bermurah hatilah mengisahkan kepadaku
Berapa jumlah jibril semuanya
Berapa banyak Mikail, Isrofil dan Izroil
Atau katakanlah kepadaku
Betapa awam dan rendahnya pertanyaanku
Sedikit jelaskan kepada kerdilnya ilmuku
Bahwa Baginda tidaklah bisa dipersentuhkan
Dengan jumlah dan kerdilnya hitungan
Karena para Malaikat bermahkota cinta
Yang seluruh jagat raya
Hanyalah setitik debu di kandungannya

5
Wahai para Malaikat sahabat empat
Aku tahu bahwa Baginda sangat tahu
Segala yang ingin kucurahkan dari lubuk hatiku
Tetapi mohon izin jika aku bertanya

Apakah yang kami manusia merasakannya
Para Bagindapun mampu merasakannya
Sebab dengan ilmu sampaipun ke cakrawala
Dengan pengetahuan yang sempit tak terkira
Bagi kami Malaikat tetaplah bukan manusia

Para Baginda sangat penuh cinta dan setia
Mendalami hatiku yang penuh duka dan derita
Jatuh bangun hidupku hampir putus asa
Namun Para Baginda tetaplah bukan manusia
Dan Semalaikat apapun Para Baginda
Tetaplah bukan Tuhan Yang Maha Segala

Wahai para Malaikat sahabat empat
Maafkanlah ungkapan sepiku
Dari gelap gulita belantara dunia

6
Wahai para Malaikat sahabat empat
Siapakah nama para beliau yang mengawalku
Membimbing dari depan langkahku
Menjaga di kanan kiri dan belakangku
Yang meneguhkan leher dan pundakku
Yang bersinggasana di atas ubun-ubunku
Yang memelihara tegaknya kedua kakiku

Wahai para Malaikat sahabat empat
Perkenalkanlah aku kepada mereka
Karena ingin kuhaturkan dalamnya rasa
Takdzim dan terima kasih tak terhingga
Berulang-ulang beribu kali kusapa mereka
Namun sarafku saraf batu
Mripatku mripat benda
Hatiku beku dan jiwaku disaput gulita
Hingga tak pernah sanggup mendengar
Jawaban dan sapaan mereka

7
Wahai para Malaikat sahabat empat
Kenapakah kekasih Allah
SAng wajah segala wajah
Yang karena amat mencintainya
Dadaku serasa terbelah
Yang karena Allah menciptakannya
Maka Ia bergairah menciptakan jagat raya
Menciptakan para Malaikat
Serta kami semua ummat manusia

Kenapakah wahai para Malaikat sahabat empat
Allah tega mengirimkannya ke dunia
Hanya sangat, sangat sejenak saja
63 tahun nun jauh di seberang waktu
Hingga kini kami dirundung kerinduan
Menantikan saat tibanya kematian
dikurung di rumah kesunyian
Yang dingin bukan buatan

8
Wahai para Malaikat sahabat empat
Bagaimana ini tidak ada Kanjeng Nabi
Di hadapanku
Di kiri kananku
Di RT-RWku
Di seantero Negeriku
Di ruang dan waktuku
Hanya bersemayam jauh di kedalaman kalbu
Yang aku tak pernah berhasil menyelaminya
Hingga ke persembunyian gua Hira
Telah kulakukan ratusan kali
Tata cara sembahyang
Agar Paduka Nabi berkenan
Aku yang hina dina ini sowan
Tapi hanya sunyi yang terpandang
Serta jiwaku sendiri yang hampa
Dikotori dosa-dosa
Wahai para Malaikat sahabat empat
Bagaimana ini tidak ada Kanjeng Nabi
Di tengah dunia yang penuh dendam dan benci

9
Wahai para Malaikat sahabat empat
Pandu aku menemui Rasulullah pemancar cahaya
Kalau hati berduka dan putus asa
kugambar dipembayanganku wajahnya
Kubasuh luka dengan mengusapkan cahanya
Aku menyelam sangat dalam di lubuk kalbu
Kutelusuri dan kucari gua pertapaannya
Tapi tak kunjung ketemu
Hingga barusan tadi kumataharikan mata batinku
Tak kunjung kutemukan sang pertapa itu

Wahai para Malaikat sahabat empat
Aku bersujud beribu kali
Doa dan pengharapanmu tak henti
Berdaya upaya kasyful-hijab barang sekali
Tapi tak terdengar oleh sapaan atas kerinduan ini
Aku terkungkung di sel hampa yang sunyi

10
Wahai para Malaikat sahabat empat
Aku fakir miskin yang buta dan tuli
Orang-orang alim saleh di sana sini
Dikunjungi Rasulullah dalam mimpi
Aku ditinggalkan sendiri
Aku lumpuh
Aku tak bisa bergerak
Ditindih oleh batu raksasa durhaka dunia
Dihimpit oleh kesedihan tak kira-kira
Dikurung oleh peradaban gelap gulita

Wahai para Malaikat sahabat empat
Aku akan berlindung ke rumah Muhammad
Aku akan duduk bersila di depan pintunya
Hingga kiamat

11
Wahai para Malaikat sahabat empat
Di samping kenangan dalam kalbu
Di luar angan-angan dan rindu
Sedang berada di manakah kekasihku
Muhammad urat saraf tarekat cintaku
APakah ada anak-anak Adam yang lain
Nun di seberang planet-planet
Di remang-remang galaksi
Di telikungan jagat semesta
Yang Muhammad kita ditugasi
Untuk menjadi penghulu iman mereka

Wahai para Malaikat sahabat empat
Alangkah mudahnya bagi kalian semua
Untuk membawaku ke sana
Sehingga bisa kucuci kaki lelahnya
Dan kucium telapaknya

12
Wahai para Malaikat sahabat empat
Kalau kelaliman di dunia
Hanya untuk menguji sabarku
Serta melatih jiwa penerimaanku
Siapakah gerangan aku
Hingga sedemikian pentingnya
DUnia dikorbankan untuk gelap gulita
Demi istiqamah imanku
Para penghuninya harus merusak dirinya
Demi inna shalati wa nusuki wa mahyaya
Wa mamati hanya buat Ia Yang Maha Segala

Wahai para Malaikat sahabat empat
Sampaikanlah kepada Ia yang Hayyu dan Muhyi
Bahwa aku tak pernah benar-benar mengerti
Meskipun kudalam-dalami beribu kali

13
Wahai para Malaikat sahabat empat
Tolong sampaikan bahwa hatiku sangat cemas
Jiwalu kesuh, langkah-langkahku amat gugup
Hidupku terjungkal-jungkal
Padahal tak ada bebatuan yang mengganjal
Ucapan-ucapanku gagap
Pikiranku kehilangan bangunan
Ilmuku tinggal garis dan sosok buram

Wahai para Malaikat sahabat empat
Tolong sampaikan kepada Paduka Muhammad
Aku tetap berpegangan di tiang qul huwallahu ahad
Tapi kalau tak kulihat gamis punggungnya yang keramat
Di depanku tatkala aku bermakmujm shalat
Sungguh tak kan bisa bersabar
Aku Menantikan kiamat

2002-2016

Wahai Para Malaikat Sahabat Empat


oleh : CN
Wahai para Malaikat sahabat empat. Temanilah aku malam ini pergi berkelana. Berkunjung, menyapa dan mengagumi para saudara. 

Wahai para Malaikat sahabat empat. Pahamku hampa, rumusanku sirna. Dimana gerangan tempat persembunyian-Nya. 

Wahai para Malaikat sahabat empat. Sampaipun neraka kuikhlaskan. Asalkan dari kawah siksaan, wajah-Nya membayang. Pun seindah senikmat apapun. 

Wahai para Malaikat sahabat empat. Berkenankah Baginda menunjukkan kepadaku. Untuk hiburan selama menunggu. Selesainya kehidupan di dunia. 

Wahai para malaikat sahabat empat. Aku tahu bahwa baginda sangat tahu. Segala yang ingin kucurahkan dari lubuk hatiku. Tapi mohon izin jika aku bertanya. 

Wahai para malaikat sahabat empat. Siapakah nama para beliau yang mengawalku. membimbing dari depan langkahku. Menjaga di kanan kiri dan belakangku. 

 Wahai para Malaikat sahabat empat. Kenapakah kekasih Allah. Sang wajah segala wajah. Yang karena amat mencintainya, dadaku serasa terbelah. 


Wahai para malaikat Sahabat empat. Bagaimana ini tidak ada Kanjeng Nabi. Di hadapanku. Di kiri kananku. Di RT-RWku. Diseantero Negeriku.

 Wahai para Malaikat sahabat empat. Pandu aku menemui Rasulullah pemancar cahaya. Kalau hati berduka dan putus asa. Kugambar di pembayanganku wajahnya. 

Wahai para Malaikat sahabat empat. Aku akan berlindung ke rumah Muhammad. Aku akan duduk bersila didepan pintunya. Hingga kiamat.

Wahai para Malaikat sahabat empat. Alangkah mudahnya bagi kalian semua. Untuk membawaku ke sana. Sehingga bisa kucuci kaki lemahnya. Dan kuciumi telapaknya.

 Wahai para Malaikat sahabat empat. Sampaikanlah kepada Ia yang Hayyu dan Muhyi. Bahwa aku tak pernah benar-benar mengerti.

Wahai para Malaikat sahabat empat. Tolong sampaikan kepada Paduka Muhammad. Aku tetap berpegangan di tiang qul huwallahu Ahad.

SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA


Oleh :
Emha Ainun Najib

Satu
Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunyaa
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu
Dua
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata dan logam
Lainnya tak terperi
Karena sejati
Tiga
Masjid batu bata
Berdiri di mana-mana
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat sukma
Membisikkannama Allah ta’ala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna
Empat
Sangat mahal biaya masjid badan
Padahal temboknya berlumut karena hujan
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan gmpang binasa
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, beterbangan gentingnya
Oleh gempa ambruk dindingnya
Masjid ruh mengabadi
Pisau tak sanggup menikamnya
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya
Lima
Masjid ruh kita baw ke mana-mana
Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya
Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya
Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya
Sebab majid ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di masjid ruh
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya
Mereka menembak hanya bayangan kita
Enam
Masjid itu dua macamnya
Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita
Melampaui ujung waktu nun di sana
Terbang melintasi seribu alam seribu semesta
Hinggap di keharibaan cinta-Nya
Tujuh
Masjid itu dua macamnya
Orang yang hanya punya masjid pertama
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua
Berkeliaran sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka hanya bagi orang yang waspada
Dua masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan hakikat
Menyatu dalam tarikat ke makrifat
Delapan
Bahkan seribu masjid, sjuta masjid
Niscaya hanya satu belaka jumlahnya
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita pertengkarkan soal bid’ah
Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh kemesraan kembali
Para pemimpin saling bercuriga
Kelompok satu mengafirkan lainnya
Itu namanya belajar mendewasakan khilafah
Sambil menggali penemuan model imamah
Sembilan
Seribu masjid dibangun
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya ‘Alal Falah!
1987

KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG


Oleh :
Emha Ainun Najib

Ketika engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku’ lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis
Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali
Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun
Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas ‘arasy sembilan puluh sembilan
1987