Kamis, 06 April 2017
Sangkan Paraning Dumadi
Sangkan paraning dumadi adalah dari mana - bagaimana - kemana. Sangkan paraning dumadi adalah ajaran asal muasal perjalanan dan tujuan akhir sebagai endingnya. Hampir semua agama mengenal konsep sangkan paraning dumadi ini. Kita dari mana, mau bagaimana dan menuju kemana. Sangkan paraning dumadi ini di alam spiritual jawa merupakan ruh setiap ajaran yang masuk ke Jawa. Apapun agama yang di anut oleh masyarakat jawa mempunyai kesadaran penuh terhadap siapa kita, dari mana dan mau kemana.
Mulai Islam menyebar di nusantara, konsep tauhid dan keilahian inilah yang mudah merasuk ke dalam alam pemikiran Nusantara alias Jawa. Karena orang Timur Tengah pada waktu itu menyebut nusantara dengan Al Jawi atau tanah Jawa. Nilai spirit Islam diletakkan pada pendekatan tasawuf sebelum akhirnya mempelajari Fikih atau syariat. Jika pendekatannya dibalik, mempelajari yang fisik dulu maka nilai-nilai Islam pada waktu itu akan mental berbalik arah. Orang akan sulit mempercayai konsep ketauhidan karena yang ada adalah orang akan belajar upacara dan tata cara semata tanpa mengerti esensinya. Keyakinan dan ketauhidan adalah tonggak dari agama dan kepercayaan sesorang. Tasawuf mengajarkan dan menjabarkan lebih detail tentang konsep ketuhanan dan konsep aqidah. Tasawuf menawarkan tatanan yang lebih halus lan harmonis hubungan antara Sang Pencipta dan hamba-Nya. Sangkan paraning dumadi sendiri dalam tasawuf akan digodok sampai mengental sampai kepada manunggaling kawula kelawan Gusti. Menyatunya hamba dan Tuhan sebagai tujuan akhir tatanan pendekatan tasawuf.Tasawuf dengan cara lebih mendalam menanyakan "siapakah kita?"Tauhid sendiri berati engkau atau aku melebur diri kepada-Nya. Metodenya adalah peniadaan diri, dan itu ditempuh dengan terus-menerus mengikis kepentingan diri sendiri.
Dalam istilah Islam sendiri sangkan paraning dumadi di jelaskan penuh dalam kutipan "inna lillahi wa inna ilaihi rojiun". Kira-kira begini "sesungguhnya kita ini milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kita kembali. Ini berarti bahwa sebenarnya semua makhluk-Nya berasal dari-Nya dan kelak akan kembali lagi ke hadirat-Nya. Dalam tahapan pencapaian kembali kehadirat-Nya maka hanya dengan pendekatan tasawuf akan lebih bisa terbahas secara rinci dan melalui olah batin atau laku. Tasawuf mengenal suluk atau jalan untuk mencapai. Para pengguna jalan ini dinamakan salik. Tasawuf akan menjalani dzikir, suluk, tirakat dan riadhoh yang kesemuanya itu adalah perang besar melawan diri atau ego. Perang seumur hidup yang harus kita latih tanpa henti. Sampai akhirnya diri ini mengenal diri bahwa diri ini sebenarnya adalah makhluk yang hina dina di hadapan-Nya. Tanpa marhamah dan karunia-Nya maka salik atau pengaut ajaran agama akan hancur lebur tak berdaya. Sesungguhnya ketika dia kenal dirinya maka dia akan berkata bahwa tiada daya dan upaya melainkan dari Daya-Nya.
Hidup adalah pertandingan seumur hidup. Sedangkan petinju yang empat bulan sekali bertanding sekedar sepuluh ronde saja perlu tiga bulan berlatih. Apalagi kita yang harus bertanding melawan hawa nafsu seumur hidup. Maka untuk menjadi pemenang sejati kita juga butuh pelatih dan pembimbing. Dalam melakukan pencarian jati diri ini salik memerlukan guru sejati yang disebut sebagai mursyid atau murobbi ruhhi dunyan wakhiratan. Tanpa seorang pembimbing maka dengan mudah para salik akan tersesat dan kalah. Perjalanan yang seharusnya menuju kepada-Nya bisa berbelok kemana-mana. Sehingga bisa jadi dalam perjalanan kita tidak sedang menuju-Nya. Guru mursyid sendiri hendaklah ia yang sudah kenal atau akrab dengan Tuhan alias beliau sendiri sudah mencapai tarafat ma'rifatullah. Orang yang tahu posisi koordinat dirinya dengan Tuhannya. Maka kita selalu dianjurkan untuk bisa dekat dengan-Nya. Jika belum bisa dekat dengan-Nya maka kita setidaknya dekat dengan orang yang dekat dengan-Nya.
Sangkan paraning dumadi merupakan proses kehidupan sementara menuju kehidupan yang abadi. Kita manusia oleh -Nya dilepaskan di dunia untuk berjalan sejauh mungkin untuk mendekat kepada-Nya. Pergi untuk kembali. Sepertinya kita sedang pergi menuju padahal hakikatnya kita sedang akan kembali. Pada perjalanan ini sesungguhnya manusia akan kesulitan mengenal Tuhannya. Maka Dia dengan segala kekuasaan-Nya menurunkan Agama sebagai kompas dan rambu-rambu dalam menjalankan kehidupan yang penuh dengan kegelapan ini. Maka konsep Islam menyebutnya dengan kata-kata "cahaya". Dari kegelapan menuju cahaya, minaddzulumati ilannur. Maka seseorang akan mendepatkan pencerahan yang hakiki yakni ma'rifat kepada-Nya.
Dalam khasanah Jawa lagi-lagi kita disuguhi dengan sebuah kisah yang sangat relegius yakni kisah dewa ruci. dewa adalah gede jiwa yang maksudnya adalah kebesran hati untuk menerima kehidupan dengan jalan Agama dan kepercayaan. Ruci adalah guru yang suci yang merupakan bentuk perintah untuk mencari pembimbing alias guru suci atau guru sejati atau guru mursyid atau guru yang murobbi ruhiina. Ada guru yang mengajari tata cara dan upacara, ada guru yang membimbing alam batiniah atau alam spiritual. Nah, guru yang kedua itulah disebut Guru Suci alias Ruci.
Hingsun atau Sang Dewa Ruci bertakhta di pusat hati (Telenging Manah). Ia bisa menyatakan keberadaan-Nya secara visual seperti sosok diri kita dalam rupa siluet atau atau tubuh cahaya. Inilah yang disaksikan Bima atau Wrekudara dalam lakon wayang Dewa Ruci. Inilah realitas yang jika kita masuki, kita akan menemukan jagat raya tanpa batas. Lakon wayang Dewa Ruci hendak menyatakan bahwa Sang Dewa Ruci sejatinya adalah representasi dari Suwung yang meliputi segalanya dan mengejawantah dalam rupa jagat raya beserta segala isinya.
.
Untuk bisa mengalami penyaksian terhadap Dewa Ruci, metode yang bisa dilakukan adalah memperhatikan dan merasakan getaran lembut di pusat hati, lalu bawalah kesadaran ke titik itu dan selamilah realitasnya semakin dalam. Inilah yang disimbolkan sebagai tindakan memasuki Segaraning Hurip (samudra kehidupan). Memasukinya dengan sikap relaks dan berserah diri, bukan ngotot dan obsesif, realitas jiwa kita akan tersingkap dan selanjutnya kita bisa menyaksikan keberadaan Sang Dewa Ruci, jati diri kita sendiri yang tanpa batas.
.
Sang Dewa Ruci inilah penuntun sejati dari setiap pribadi. Dialah yang mengajari setiap pribadi perihal laku harmoni dan kenyataan hidup apa adanya. Maka, Dewa Ruci pun disebut sebagai Guru Sejati. Menangkap pelajaran, pesan, dan titah Sang Guru Sejati, lalu mematuhinya adalah jalan menuju peningkatan kesadaran yang bermuara pada kesempurnaan hidup. Wallahu a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
duwur pak ustad,...
BalasHapus