Selasa, 31 Januari 2017

Ana Qori, Wa Anta Sami'

Setiap kali mengajar Mbah Kyai Zainudin Mojosari Nganjuk selalu mengawali dengan kata-kata aneh. "ana qori, wa Anta Sami', inna huda, hudallah." Metode yang dipakai  mbah Kyai Zainudin pun tak aneh-aneh, membacakan kitab gundul dengan alakadarnya bahkan suaranya tidak sampai kepada santri yang duduknya paling belakang. Menurut kita sangat konyol. Suara beliau pun tidak terlalu jelas didengarkan. Malah jika ada satu dua kata yang tidak tahu artinya beliau bilang "saya ndak tahu, lanjut saja ya"? Serentak santrinya bilang;  "ya mbah". Alhasil santri lulusan hasil didikan mbah kyai Zainudin Mojosari banyak yang menjadi Kyai besar di mana-mana. Banyak santri beliau yang alim dan alammah. Banyak juga santri beliau yang mendirikan pesantren yang lebih besar dan lebih rame daripada pondoknya beliau sendiri. Misalnya Mbah Kyai Jazuli dengan pondok Plosonya di Kediri. Banyak sekali santri beliau yang memberikan pencerahan bagi lingkungan sekitarnya. Banyak santri beliau yang menjadi tokoh-tokoh terkenal. Banyak santri beliau yang berakhlakul karimah, menjadi pribadi yang mantab dhahir batin, ilmu dan amalnya.

Fenomena ini menurut orang sekarang sungguh aneh. Sekarang berkembang 1001 metode pembelajaran. Sekarang berkembang teknologi dan media pembelajaran. Sekarang fasilitas pendidikan yang sangat memadai. Guru pun banyak yang terdidik dan terpelajar bahkan pandai-pandai, dibanding Mbah Kyai Zainudin yang hanya bekas tukang ngarit kuda milik gurunya. Namun kita bisa melihat lulusan lembaga pendidikan saat ini. Kita bisa melihat bagaimana banyaknya sarjana pendidikan saat ini.kita bisa merasakan hasil pendidikan saat ini. Rapuh pondasinya. Kurang sekali akhlaknya. Pergaulan bebas dan kenakalan remaja yang hampir saja tak bisa dibendung. Masihkah kita memerlukan sekolah dan lembaga pendidikan jika lulusannya tidak kompeten dan tidak berakhlak?

Mungkin ada yang mengatakan era sekarang digembosi dengan ideologi kebebasan berkspresi. Era sekarang diterpa dekadensi moral akibat cepatnya teknologi informasi dan komunikasi. Informasi dan komunikasi tanpa batas bisa di akses dari belahan bumi manapun, siapapun dan kapanpun. Anak-anak, remaja, laki-laki dan perempuan, kaya miskin semua bisa mengakses informasi langsung dari sumbernya melalui internet. Cukup murah dan mudah penggunaannya. Maka sulit bagi kita untuk mendidik dan menghasilkan lulusan berkualitas jika tanpa "berpuasa" dengan gadget. Gadget adalah guru yang nyata bagi generasi kita. Tantangan pendidikan semakin berat dan sosok keteladanan dari guru semakin langka.Akibatnya bisa kita rasakan sendiri dan bisa kita lihat sendiri bagaimana kulaitas akhlak dan keilmuan anak-anak dan remaja hasil didikan gadget.

Keberhasilan pendidikan pada zaman Mbah Kiyai Zainudin Mojosari di tengarai dengan tiga faktor. Petama, faktor murid, kedua faktor zaman dan makan, dan ketiga adalah faktor dari guru atau pendidik. Murid pada zaman beliau memang banyak yang berstatus sebagai "pencari pencerahan". Lingkungan dan waktu yang belum digencar teknologi dan globalisasi sehingga kebutuhan pun juga masih sederhana. Guru adalah faktor yang paling utama dan pertama, faktor yang terpenting diantara yang penting. Sosok guru yang ikhlas mendidik murid yang hanya semata-mata karena Allah saja. Guru yang ahli rialat, riyadhoh dan tirakat mendoakan murid agar diberikan pertolongan oleh Allah dalam kehidupannya. Guru yang selalu berkomunikasi dengan Allah agar para muridnya diberikan fasilitas faizin. Guru yang bathinnya selalu tersambung dengan Allah. Guru yang berharap agar muridnya kenal dengan Allah, berakhlakul karimah dan mempunyai ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bisa berguna bagi diri, sesama dan lingkungannya.

Barang siapa di beri petunjuk oleh Allah, maka tiada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, niscaya tidak adasatupun orang yang mampu memberinya petunjuk. Kita hanya pembaca dan penyampai saja. Kita hanyalah meneruskan informasi keilmuan dari guru-guru kita, dari para pendahulu saja. Murid atau saiapa yang kita ajak hanyah pendengar saja. Selanjutnya petunjuk hanyalah milik Allah. Hidayah adalah miliknya. Manusia hanya bisa berusaha, Allahlah yang menentukan. Manusia hanyalah makhluk lemah, Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Manusia hanyalah hamba dan Dialah Sang Pencipta. Manusia butuh bimbingan dariNya agar tetap dalam kondisi berada dalam pelukan hidayahNya.                            اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، لاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُ  
 "Ya Allah tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang mampu memberi apa yang Engkau cegah. Nasib baik seseorang tiada berguna untuk menyelamatkan ancaman dari-Mu"
Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar