Senin, 09 Januari 2017

Budaya Bertapa

Berbicara tentang istilah bertapa atau tapa, pemikiran sering membayangkan seseorang yang duduk bersila dengan tangan terkatup di depan dada di sebuah tempat yang sepi seperti gua, bawah pohon, di hutan, di pinggir tebing, atau hutan bahkan jurang. Pemikiran seperti ini terpengaruh oleh gaya Sidharta Gautama ketika mencari penerangan batin di bawah pohon boddhi atau gaya Sang Prajna Paramita atau Ken Dedes ketika sedang bersemedi. Pandangan ini juga terpengaruh oleh ‘lelaku’ atau perjalanan spiritualitas mencari ketenangan batin ketika Panembahan Senapati undur diri kehidupan duniawai dari Kerajaan Mataram. Kehidupan duniawi yang penuh gonjang-ganjing dan intrik untuk saling menguasai dan menjatuhkan membuat Panembahan Senapati merasa bahwa dirinya lebih pantas menjadi seseorang yang bisa membawa ketenangan bagi orang lain daripada menjadi penguasa di masa senjanya. Dalam Serat Wedhatama karya agung Mangkunegara IV pada tembang ( macapat ) Sinom di antaranya mengatakan demikian: Samangsane pasamuwan memangun marta martani sinambi ing saben mangsa kala kalaning asepi lelana teka teki nggayuh geyonganing kayun kayungyun eninging tyas sanityasa pemrihatin pungguh panggah cegah dhahar klawan nendra artinya dalam setiap pertemuan ciptakan kebahagiaan lahir batin saat ada waktu kesempatan kala tak ada kegiatan mengembaralah ke tempat yang sepi meraih cita-cita luhur yang ada di dalam hati senantiasa hidup prihatin teguh hati menghindari makan dan tidur o o o o o Saben mendra saking wisma Lelana leladan sepi Ngisep sepuhing supana Mrih pana pranaweng kapti Tistising tyas marsudi Mardawaning budya tulus Mesu reh kasudarman Neng tepining jaladri ( madyaning wanadri ) Sruning brata kataman wahyu jatmika

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aremangadas/memahami-bertapa-dalam-keagamaan-dan-spiritualitas-masyarakat-jawa_55292aa2f17e6152438b45a1

Saben mendra saking wisma Lelana leladan sepi Ngisep sepuhing supana Mrih pana pranaweng kapti Tistising tyas marsudi Mardawaning budya tulus Mesu reh kasudarman Neng tepining jaladri ( madyaning wanadri ) Sruning brata kataman wahyu jatmika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar