Selasa, 18 April 2017
Sehat Secara Alami vs Sehat Secara Islami
Banyak orang berinvestasi untuk mengobati sakit. Padahal sakit disebabkan dari pola hidup yang tidak baik secara terus-menerus. Alangkah baiknya kita mengetahui sejak dini bagaimana tubuh bisa sakit dan bagaimana tubuh bisa sehat. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Senin, 17 April 2017
Paru Paru Basah
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj14cOiECWT2ulTDrszNeVfcgagg-uqaeCP7ySFRvxQtd_i83HjEQdrDFXFrpEQNqMi9tSJui_6NqmLmBHo_uhdge3cMvu6ulRQnQqLZc3LpSKlydfHelyLcm3hKbOqiqzGgKBu3WV5vw/s1600/gamat.jpg)
Mengapa disebut basah, karena memang paru-paru terisi cairan radang. Penyakit paru-paru basah ini disebabkan oleh sekitar 30 macam sumber infeksi. Penyebab utamanya adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia dan partikel.
Virus sinsitial pernapasan (respiratory syncial virus atau RSV), painfluenza, influenza, dan adenovirus merupakan yang paling kerap menyebabkan pneumonia. Penyakit pneumonia dapat juga terjadi karena aspirasi kandungan lambung, air atau iritasi.
Umumnya infeksi virus saluran pernapasan bawah berlangsung selama musim dingin atau hujan. Penyakit paru-paru basah kalau dibiarkan bisa berakibat fatal. Adapun slusinya bisa kita baca di bawah ini.
Paru-paru basah sangat tepat bila diobati dengan :
1. Dewasa : Gamat (teripang Emas) 2 x 2
Madu SJ / Extra Food 3 x 3
N-Green 2 x 2
Deep Squa 2 x 1
Kopi 7 Elemen Tiap Pagi
2. Anak-Anak : N-Green 2 x 1
Gamat 2 x 1
Deep Squa 1 x 1
Madu SJ / Extra Food 3 x 1
Kopi 7 Elemen Tiap Pagi
3. Anak-Anak di bawah 10 tahun bisa menyesuaikan kondisinya.
N-Green 1 x 1
Gamat 1 x 1
Madu / Extra Food 2 x 2
Spirulina 3 x 1
Herbal untuk paru-paru basah dangat baik dengan Gamat atau teripang emas karena Gamat sangat baik untuk : a. Inflamasi
b. Mengurangi rasa sakit
c. Mengaktifkan pertumbuhan dan aktifitas sel-sel
d. Anti radang
e. Anti bakteri
f. Anti virus
Rumus Herbal yaitu : Unsur Hewani + Unsur Nabati + Unsur Netral
Hub. WA/Telp : 0857 2950 6581
FB : Amrijenggel
BBM : D15AA747
Kamis, 06 April 2017
Sangkan Paraning Dumadi
Sangkan paraning dumadi adalah dari mana - bagaimana - kemana. Sangkan paraning dumadi adalah ajaran asal muasal perjalanan dan tujuan akhir sebagai endingnya. Hampir semua agama mengenal konsep sangkan paraning dumadi ini. Kita dari mana, mau bagaimana dan menuju kemana. Sangkan paraning dumadi ini di alam spiritual jawa merupakan ruh setiap ajaran yang masuk ke Jawa. Apapun agama yang di anut oleh masyarakat jawa mempunyai kesadaran penuh terhadap siapa kita, dari mana dan mau kemana.
Mulai Islam menyebar di nusantara, konsep tauhid dan keilahian inilah yang mudah merasuk ke dalam alam pemikiran Nusantara alias Jawa. Karena orang Timur Tengah pada waktu itu menyebut nusantara dengan Al Jawi atau tanah Jawa. Nilai spirit Islam diletakkan pada pendekatan tasawuf sebelum akhirnya mempelajari Fikih atau syariat. Jika pendekatannya dibalik, mempelajari yang fisik dulu maka nilai-nilai Islam pada waktu itu akan mental berbalik arah. Orang akan sulit mempercayai konsep ketauhidan karena yang ada adalah orang akan belajar upacara dan tata cara semata tanpa mengerti esensinya. Keyakinan dan ketauhidan adalah tonggak dari agama dan kepercayaan sesorang. Tasawuf mengajarkan dan menjabarkan lebih detail tentang konsep ketuhanan dan konsep aqidah. Tasawuf menawarkan tatanan yang lebih halus lan harmonis hubungan antara Sang Pencipta dan hamba-Nya. Sangkan paraning dumadi sendiri dalam tasawuf akan digodok sampai mengental sampai kepada manunggaling kawula kelawan Gusti. Menyatunya hamba dan Tuhan sebagai tujuan akhir tatanan pendekatan tasawuf.Tasawuf dengan cara lebih mendalam menanyakan "siapakah kita?"Tauhid sendiri berati engkau atau aku melebur diri kepada-Nya. Metodenya adalah peniadaan diri, dan itu ditempuh dengan terus-menerus mengikis kepentingan diri sendiri.
Dalam istilah Islam sendiri sangkan paraning dumadi di jelaskan penuh dalam kutipan "inna lillahi wa inna ilaihi rojiun". Kira-kira begini "sesungguhnya kita ini milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kita kembali. Ini berarti bahwa sebenarnya semua makhluk-Nya berasal dari-Nya dan kelak akan kembali lagi ke hadirat-Nya. Dalam tahapan pencapaian kembali kehadirat-Nya maka hanya dengan pendekatan tasawuf akan lebih bisa terbahas secara rinci dan melalui olah batin atau laku. Tasawuf mengenal suluk atau jalan untuk mencapai. Para pengguna jalan ini dinamakan salik. Tasawuf akan menjalani dzikir, suluk, tirakat dan riadhoh yang kesemuanya itu adalah perang besar melawan diri atau ego. Perang seumur hidup yang harus kita latih tanpa henti. Sampai akhirnya diri ini mengenal diri bahwa diri ini sebenarnya adalah makhluk yang hina dina di hadapan-Nya. Tanpa marhamah dan karunia-Nya maka salik atau pengaut ajaran agama akan hancur lebur tak berdaya. Sesungguhnya ketika dia kenal dirinya maka dia akan berkata bahwa tiada daya dan upaya melainkan dari Daya-Nya.
Hidup adalah pertandingan seumur hidup. Sedangkan petinju yang empat bulan sekali bertanding sekedar sepuluh ronde saja perlu tiga bulan berlatih. Apalagi kita yang harus bertanding melawan hawa nafsu seumur hidup. Maka untuk menjadi pemenang sejati kita juga butuh pelatih dan pembimbing. Dalam melakukan pencarian jati diri ini salik memerlukan guru sejati yang disebut sebagai mursyid atau murobbi ruhhi dunyan wakhiratan. Tanpa seorang pembimbing maka dengan mudah para salik akan tersesat dan kalah. Perjalanan yang seharusnya menuju kepada-Nya bisa berbelok kemana-mana. Sehingga bisa jadi dalam perjalanan kita tidak sedang menuju-Nya. Guru mursyid sendiri hendaklah ia yang sudah kenal atau akrab dengan Tuhan alias beliau sendiri sudah mencapai tarafat ma'rifatullah. Orang yang tahu posisi koordinat dirinya dengan Tuhannya. Maka kita selalu dianjurkan untuk bisa dekat dengan-Nya. Jika belum bisa dekat dengan-Nya maka kita setidaknya dekat dengan orang yang dekat dengan-Nya.
Sangkan paraning dumadi merupakan proses kehidupan sementara menuju kehidupan yang abadi. Kita manusia oleh -Nya dilepaskan di dunia untuk berjalan sejauh mungkin untuk mendekat kepada-Nya. Pergi untuk kembali. Sepertinya kita sedang pergi menuju padahal hakikatnya kita sedang akan kembali. Pada perjalanan ini sesungguhnya manusia akan kesulitan mengenal Tuhannya. Maka Dia dengan segala kekuasaan-Nya menurunkan Agama sebagai kompas dan rambu-rambu dalam menjalankan kehidupan yang penuh dengan kegelapan ini. Maka konsep Islam menyebutnya dengan kata-kata "cahaya". Dari kegelapan menuju cahaya, minaddzulumati ilannur. Maka seseorang akan mendepatkan pencerahan yang hakiki yakni ma'rifat kepada-Nya.
Dalam khasanah Jawa lagi-lagi kita disuguhi dengan sebuah kisah yang sangat relegius yakni kisah dewa ruci. dewa adalah gede jiwa yang maksudnya adalah kebesran hati untuk menerima kehidupan dengan jalan Agama dan kepercayaan. Ruci adalah guru yang suci yang merupakan bentuk perintah untuk mencari pembimbing alias guru suci atau guru sejati atau guru mursyid atau guru yang murobbi ruhiina. Ada guru yang mengajari tata cara dan upacara, ada guru yang membimbing alam batiniah atau alam spiritual. Nah, guru yang kedua itulah disebut Guru Suci alias Ruci.
Hingsun atau Sang Dewa Ruci bertakhta di pusat hati (Telenging Manah). Ia bisa menyatakan keberadaan-Nya secara visual seperti sosok diri kita dalam rupa siluet atau atau tubuh cahaya. Inilah yang disaksikan Bima atau Wrekudara dalam lakon wayang Dewa Ruci. Inilah realitas yang jika kita masuki, kita akan menemukan jagat raya tanpa batas. Lakon wayang Dewa Ruci hendak menyatakan bahwa Sang Dewa Ruci sejatinya adalah representasi dari Suwung yang meliputi segalanya dan mengejawantah dalam rupa jagat raya beserta segala isinya.
.
Untuk bisa mengalami penyaksian terhadap Dewa Ruci, metode yang bisa dilakukan adalah memperhatikan dan merasakan getaran lembut di pusat hati, lalu bawalah kesadaran ke titik itu dan selamilah realitasnya semakin dalam. Inilah yang disimbolkan sebagai tindakan memasuki Segaraning Hurip (samudra kehidupan). Memasukinya dengan sikap relaks dan berserah diri, bukan ngotot dan obsesif, realitas jiwa kita akan tersingkap dan selanjutnya kita bisa menyaksikan keberadaan Sang Dewa Ruci, jati diri kita sendiri yang tanpa batas.
.
Sang Dewa Ruci inilah penuntun sejati dari setiap pribadi. Dialah yang mengajari setiap pribadi perihal laku harmoni dan kenyataan hidup apa adanya. Maka, Dewa Ruci pun disebut sebagai Guru Sejati. Menangkap pelajaran, pesan, dan titah Sang Guru Sejati, lalu mematuhinya adalah jalan menuju peningkatan kesadaran yang bermuara pada kesempurnaan hidup. Wallahu a'lam.
Rabu, 05 April 2017
Para Malaikat Sahabat Empat
PARA MALAIKAT
SAHABAT EMPAT
Oleh: Emha Ainun Najib
1
Wahai para Malaikat sahabat empat
Temanilah aku malam ini pergi berkelana
Berkunjung, menyapa dan mengagumi para saudara
Yang kampungnya mengambang di remang rawa-rawa
Tiang-tiang rumah mereka keteguhan hati
Tapi Lantainya api
Ranjang mereka mimpi kesakitan
Tapi bangun pagi mereka selalu senyuman
Atap dan genting mereka kelegawaan
Angin menghembuskan bakteri dan kuman
Dari arah yang tak beraturan
Tapi setiap kali tiba di puncak cemas dalam kegelapan
Mengalir rasa dingin yang meresap di dalam dada mereka
Rupanya dari langit bertabur semacam benih-benih rahasia
Yang ditanam di pesawahan keabadian
Yang menghampar di dalam jiwa mereka
2
Wahai para Malaikat sahabat empat
Kalau ini bukan sunyi, apa namanya
Wahai para Malaikat sahabat empat
Mungkinkah kosong, tak sanggup kugambar apa-apa
Wahai para Malaikat sahabat empat
Pahamku hampa, rumusanku sirna
Dimana gerangan tempat persembunyian-Nya
3
Wahai para Malaikat sahabat empat
Mohon sampaikan kepada Maha Baginda
Bahwa di bumi perantauanku tak ada duka
Tak ada derita
Tak juga sengsara
Yang ada hanya cinta
Lapar dahaga
Dan rasa sakit kerinduan kepada-Nya
Wahai para Malaikat sahabat empat
Sampaipun neraka kuikhlaskan
Asalkan dari kawah siksaan
Wajah-Nya membayang
Pun seindah senikmat apapun
Sorga Menggendong mengayun-ayunku
Takkan berkurang kesedihan dan sunyiku
Kalau tak bisa kupandangi Wajah Cintaku
4
Wahai para Malaikat sahabat empat
Berkenankah Baginda menunjukkan kepadaku
Untuk hiburan selama menunggu
Selesainya kehidupan dunia yang begitu dungu
Bermurah hatilah mengisahkan kepadaku
Berapa jumlah jibril semuanya
Berapa banyak Mikail, Isrofil dan Izroil
Atau katakanlah kepadaku
Betapa awam dan rendahnya pertanyaanku
Sedikit jelaskan kepada kerdilnya ilmuku
Bahwa Baginda tidaklah bisa dipersentuhkan
Dengan jumlah dan kerdilnya hitungan
Karena para Malaikat bermahkota cinta
Yang seluruh jagat raya
Hanyalah setitik debu di kandungannya
5
Wahai para Malaikat sahabat empat
Aku tahu bahwa Baginda sangat tahu
Segala yang ingin kucurahkan dari lubuk hatiku
Tetapi mohon izin jika aku bertanya
Apakah yang kami manusia merasakannya
Para Bagindapun mampu merasakannya
Sebab dengan ilmu sampaipun ke cakrawala
Dengan pengetahuan yang sempit tak terkira
Bagi kami Malaikat tetaplah bukan manusia
Para Baginda sangat penuh cinta dan setia
Mendalami hatiku yang penuh duka dan derita
Jatuh bangun hidupku hampir putus asa
Namun Para Baginda tetaplah bukan manusia
Dan Semalaikat apapun Para Baginda
Tetaplah bukan Tuhan Yang Maha Segala
Wahai para Malaikat sahabat empat
Maafkanlah ungkapan sepiku
Dari gelap gulita belantara dunia
6
Wahai para Malaikat sahabat empat
Siapakah nama para beliau yang mengawalku
Membimbing dari depan langkahku
Menjaga di kanan kiri dan belakangku
Yang meneguhkan leher dan pundakku
Yang bersinggasana di atas ubun-ubunku
Yang memelihara tegaknya kedua kakiku
Wahai para Malaikat sahabat empat
Perkenalkanlah aku kepada mereka
Karena ingin kuhaturkan dalamnya rasa
Takdzim dan terima kasih tak terhingga
Berulang-ulang beribu kali kusapa mereka
Namun sarafku saraf batu
Mripatku mripat benda
Hatiku beku dan jiwaku disaput gulita
Hingga tak pernah sanggup mendengar
Jawaban dan sapaan mereka
7
Wahai para Malaikat sahabat empat
Kenapakah kekasih Allah
SAng wajah segala wajah
Yang karena amat mencintainya
Dadaku serasa terbelah
Yang karena Allah menciptakannya
Maka Ia bergairah menciptakan jagat raya
Menciptakan para Malaikat
Serta kami semua ummat manusia
Kenapakah wahai para Malaikat sahabat empat
Allah tega mengirimkannya ke dunia
Hanya sangat, sangat sejenak saja
63 tahun nun jauh di seberang waktu
Hingga kini kami dirundung kerinduan
Menantikan saat tibanya kematian
dikurung di rumah kesunyian
Yang dingin bukan buatan
8
Wahai para Malaikat sahabat empat
Bagaimana ini tidak ada Kanjeng Nabi
Di hadapanku
Di kiri kananku
Di RT-RWku
Di seantero Negeriku
Di ruang dan waktuku
Hanya bersemayam jauh di kedalaman kalbu
Yang aku tak pernah berhasil menyelaminya
Hingga ke persembunyian gua Hira
Telah kulakukan ratusan kali
Tata cara sembahyang
Agar Paduka Nabi berkenan
Aku yang hina dina ini sowan
Tapi hanya sunyi yang terpandang
Serta jiwaku sendiri yang hampa
Dikotori dosa-dosa
Wahai para Malaikat sahabat empat
Bagaimana ini tidak ada Kanjeng Nabi
Di tengah dunia yang penuh dendam dan benci
9
Wahai para Malaikat sahabat empat
Pandu aku menemui Rasulullah pemancar cahaya
Kalau hati berduka dan putus asa
kugambar dipembayanganku wajahnya
Kubasuh luka dengan mengusapkan cahanya
Aku menyelam sangat dalam di lubuk kalbu
Kutelusuri dan kucari gua pertapaannya
Tapi tak kunjung ketemu
Hingga barusan tadi kumataharikan mata batinku
Tak kunjung kutemukan sang pertapa itu
Wahai para Malaikat sahabat empat
Aku bersujud beribu kali
Doa dan pengharapanmu tak henti
Berdaya upaya kasyful-hijab barang sekali
Tapi tak terdengar oleh sapaan atas kerinduan ini
Aku terkungkung di sel hampa yang sunyi
10
Wahai para Malaikat sahabat empat
Aku fakir miskin yang buta dan tuli
Orang-orang alim saleh di sana sini
Dikunjungi Rasulullah dalam mimpi
Aku ditinggalkan sendiri
Aku lumpuh
Aku tak bisa bergerak
Ditindih oleh batu raksasa durhaka dunia
Dihimpit oleh kesedihan tak kira-kira
Dikurung oleh peradaban gelap gulita
Wahai para Malaikat sahabat empat
Aku akan berlindung ke rumah Muhammad
Aku akan duduk bersila di depan pintunya
Hingga kiamat
11
Wahai para Malaikat sahabat empat
Di samping kenangan dalam kalbu
Di luar angan-angan dan rindu
Sedang berada di manakah kekasihku
Muhammad urat saraf tarekat cintaku
APakah ada anak-anak Adam yang lain
Nun di seberang planet-planet
Di remang-remang galaksi
Di telikungan jagat semesta
Yang Muhammad kita ditugasi
Untuk menjadi penghulu iman mereka
Wahai para Malaikat sahabat empat
Alangkah mudahnya bagi kalian semua
Untuk membawaku ke sana
Sehingga bisa kucuci kaki lelahnya
Dan kucium telapaknya
12
Wahai para Malaikat sahabat empat
Kalau kelaliman di dunia
Hanya untuk menguji sabarku
Serta melatih jiwa penerimaanku
Siapakah gerangan aku
Hingga sedemikian pentingnya
DUnia dikorbankan untuk gelap gulita
Demi istiqamah imanku
Para penghuninya harus merusak dirinya
Demi inna shalati wa nusuki wa mahyaya
Wa mamati hanya buat Ia Yang Maha Segala
Wahai para Malaikat sahabat empat
Sampaikanlah kepada Ia yang Hayyu dan Muhyi
Bahwa aku tak pernah benar-benar mengerti
Meskipun kudalam-dalami beribu kali
13
Wahai para Malaikat sahabat empat
Tolong sampaikan bahwa hatiku sangat cemas
Jiwalu kesuh, langkah-langkahku amat gugup
Hidupku terjungkal-jungkal
Padahal tak ada bebatuan yang mengganjal
Ucapan-ucapanku gagap
Pikiranku kehilangan bangunan
Ilmuku tinggal garis dan sosok buram
Wahai para Malaikat sahabat empat
Tolong sampaikan kepada Paduka Muhammad
Aku tetap berpegangan di tiang qul huwallahu ahad
Tapi kalau tak kulihat gamis punggungnya yang keramat
Di depanku tatkala aku bermakmujm shalat
Sungguh tak kan bisa bersabar
Aku Menantikan kiamat
2002-2016
Wahai Para Malaikat Sahabat Empat
Wahai para Malaikat sahabat empat. Temanilah aku malam ini pergi berkelana. Berkunjung, menyapa dan mengagumi para saudara.
Wahai para Malaikat sahabat empat. Pahamku hampa, rumusanku sirna. Dimana gerangan tempat persembunyian-Nya.
Wahai para Malaikat sahabat empat. Sampaipun neraka kuikhlaskan. Asalkan
dari kawah siksaan, wajah-Nya membayang. Pun seindah senikmat apapun.
Wahai para Malaikat sahabat empat. Berkenankah Baginda menunjukkan
kepadaku. Untuk hiburan selama menunggu. Selesainya kehidupan di dunia.
Wahai para malaikat sahabat empat. Aku tahu bahwa baginda sangat tahu.
Segala yang ingin kucurahkan dari lubuk hatiku. Tapi mohon izin jika aku
bertanya.
Wahai para malaikat sahabat empat. Siapakah nama para beliau yang
mengawalku. membimbing dari depan langkahku. Menjaga di kanan kiri dan
belakangku.
Wahai para Malaikat sahabat empat. Kenapakah kekasih Allah. Sang
wajah segala wajah. Yang karena amat mencintainya, dadaku serasa
terbelah.
Wahai para malaikat Sahabat empat. Bagaimana ini tidak ada Kanjeng
Nabi. Di hadapanku. Di kiri kananku. Di RT-RWku. Diseantero Negeriku.
Wahai para Malaikat sahabat empat. Pandu aku menemui Rasulullah pemancar cahaya. Kalau hati berduka dan putus asa. Kugambar di pembayanganku wajahnya.
Wahai para Malaikat sahabat empat. Aku akan berlindung ke rumah Muhammad. Aku akan duduk bersila didepan pintunya. Hingga kiamat.
Wahai para Malaikat sahabat empat. Alangkah mudahnya bagi kalian
semua. Untuk membawaku ke sana. Sehingga bisa kucuci kaki lemahnya. Dan
kuciumi telapaknya.
Wahai para Malaikat sahabat empat. Sampaikanlah kepada Ia yang Hayyu dan Muhyi. Bahwa aku tak pernah benar-benar mengerti.
Wahai para Malaikat sahabat empat. Tolong sampaikan kepada Paduka Muhammad. Aku tetap berpegangan di tiang qul huwallahu Ahad.
SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA
Oleh :
Emha Ainun Najib
Satu
Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunyaa
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu
Dua
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata dan logam
Lainnya tak terperi
Karena sejati
Tiga
Masjid batu bata
Berdiri di mana-mana
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat sukma
Membisikkannama Allah ta’ala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna
Empat
Sangat mahal biaya masjid badan
Padahal temboknya berlumut karena hujan
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan gmpang binasa
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, beterbangan gentingnya
Oleh gempa ambruk dindingnya
Masjid ruh mengabadi
Pisau tak sanggup menikamnya
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya
Lima
Masjid ruh kita baw ke mana-mana
Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya
Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya
Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya
Sebab majid ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di masjid ruh
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya
Mereka menembak hanya bayangan kita
Enam
Masjid itu dua macamnya
Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita
Melampaui ujung waktu nun di sana
Terbang melintasi seribu alam seribu semesta
Hinggap di keharibaan cinta-Nya
Tujuh
Masjid itu dua macamnya
Orang yang hanya punya masjid pertama
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua
Berkeliaran sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka hanya bagi orang yang waspada
Dua masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan hakikat
Menyatu dalam tarikat ke makrifat
Delapan
Bahkan seribu masjid, sjuta masjid
Niscaya hanya satu belaka jumlahnya
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita pertengkarkan soal bid’ah
Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh kemesraan kembali
Para pemimpin saling bercuriga
Kelompok satu mengafirkan lainnya
Itu namanya belajar mendewasakan khilafah
Sambil menggali penemuan model imamah
Sembilan
Seribu masjid dibangun
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya ‘Alal Falah!
1987
KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG
Oleh :
Emha Ainun Najib
Ketika engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku’ lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis
Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali
Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun
Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas ‘arasy sembilan puluh sembilan
1987
DOA SEHELAI DAUN KERING
oleh : CN
Janganku suaraku, ya ‘Aziz
Sedangkan firmanMupun diabaikan
Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayatMupun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu maíshum dan aku bergelimang hawaí
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaanMu
Emha Ainun Nadjib Jakarta 11 Pebruari 1999
Janganku suaraku, ya ‘Aziz
Sedangkan firmanMupun diabaikan
Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayatMupun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu maíshum dan aku bergelimang hawaí
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaanMu
Emha Ainun Nadjib Jakarta 11 Pebruari 1999
BEGITU ENGKAU BERSUJUD
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgb3ziwgOwXp60b134zlU1dQo7c34Ip9TThu88fsopFsuiApualKZ8KpS4HoAqg3mxDtgXxs9R9aIjmJvx5LopALRn_SKgLL9-bzyliRjz3Fy-rwhoJtgvPUT6gNyawavFEgqZEjQAEKg/s200/cn.jpg)
Oleh :
Emha Ainun Najib
Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat
Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara
adzan
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat
Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid
1987
Mengingat Si Burung Merak, WS Rendra
Hidup itu seperti uap, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap
Ketika orang memuji milikku
Aku berkata bahwa ini hanya titipan saja
Bahwa mobilku adalah titipan-Nya
Bahwa rumahku adalah titipan-Nya
Bahwa hartaku adalah titipan-Nya
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-Nya
Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya
Mengapa Dia menitipkannya kepadaku?
Untuk Apa menitipkan semuanya kepadaku?
Dan kalau bukan milikku
Apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-Nya ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Malahan ketika diminta kembali
kusebut itu musibah
kusebut itu ujian
kusebut itu petaka
kusebut itu apa saja
Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah derita
Ketika aku berdo’a
kuminta titipan yang cocok dengan kebutuhan duniawi
Aku ingin lebih banyak harta
Aku ingin lebih banyak mobil
Aku ingin lebih banyak rumah
Aku ingin lebih banyak popularitas
Dan kutolak sakit
Kutolak kemiskinan
Seolah semua derita adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya
harus berjalan seperti penyelesaian matematika
dan sesuai dengan kehendakku.
Aku rajin beribadah
maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku
Betapa curangnya aku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagangku
dan bukan sebagai Kekasih!
Kuminta Dia membalas perlakuan baikku
dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginanku
Duh Allah ...
Padahal setiap hari kuucapkan,
Hidup dan matiku, hanyalah untuk-Mu
Ya Allah, Ampuni aku ya Allah
Mulai hari ini,
ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur
dalam setiap keadaan
dan menjadi bijaksana,
mau menuruti kehendak-Mu saja ya Allah
Sebab aku yakin
Engkau akan memberikan anugerah dalam hidupku
Kehendak-Mu adalah yang terbaik bagiku
Ketika aku ingin hidup kaya
aku lupa
bahwa hidup itu sendiri
adalah sebuah kekayaan
Ketika aku berat untuk memberi
aku lupa,
bahwa semua yang aku miliki
juga adalah pemberian
Ketika aku ingin jadi yang terkuat
aku lupa,
bahwa dalam kelemahan
Tuhan memberikan aku kekuatan
Ketika aku takut Rugi
Aku lupa,
bahwa hidupku adalah
sebuah keberuntungan
kerana Anugerah-Nya
Ternyata hidup ini sangat indah,
ketika kita selalu bersyukur kepada-Nya
Bukan karena hari ini indah
kita bahagia
Tetapi karena kita bahagia
maka hari ini menjadi indah
Bukan karena tak ada rintangan kita menjadi optimis
Tetapi karena kita optimis, rintangan akan menjadi tak terasa.
Bukan karena mudah kita yakin bisa
Tetapi karena kita yakin bisa
semuanya menjadi mudah
Bukan karena semua baik kita tersenyum
Tetapi karena kita tersenyum, maka semua menjadi baik
Tak ada hari yang menyulitkan kita
Kecuali kita sendiri yang membuat sulit
Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar
Cukuplah menjadi jalan setapak yang dapat dilalui orang
Bila kita tidak dapat menjadi matahari,
Cukuplah menjadi lentera yang dapat menerangi sekitar kita
Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang,
maka berdoalah untuk kebaikan
Jumat, 24 Maret 2017
Tugas Jibril Setelah Rasulullah SAW Wafat
Inilah tugas malaikat jibril sepeninggal Rasullah SAW :
1. Mengangkat Keberkahan di muka bumi
Banya orang yang tidak percaya akan adanya keberkahan. Mereka lebih percaya pada bertambahnya kekyaan. Menanam apa saja hampir saja kita kekurangan, pekerjaan harus ndobel-ndobel, itupun masih terasa berat untuk mencukupi kebutuhan. Berkah banyak yang mengartikan sebagai berlipat-lipatnya harta. Berkah itu berlipatnya kebaikan, sekali lagi bukan ukuran harta, tetapi ukuran ukhrowi. Banyak ibadah yang kita harapkan menjadi uang. Kita menanam kita harapkan menjadi uang. Segala sepak terjang kita harapkan menjadi uang. Supaya berkah katanya. Keberkahan bisa berarti kesehatan, kedamaian, kebahagiaan, nikmat dalam beribadah meski boleh saja kita kaya.
Bumi semakin penuh bahan kimia. Bumi semakin panas, Bumi semakin menumpuk sampah anorganik. penyakit baru bermunculan. Pepohonan semakin langka. Teknologi seolah-olah semakin maju. namun kebutuhan semakin tak terpenuhi karena hasrat manusia yang tanpa batas dan tanpa kendali. Agama hanya sebagai bahan perdebatan dan dialog. Kemaksiatan menjadi hal yang biasa. Keberkahan bumi benar-benar dicabut. Untuk melakukan kebaikan terasa sangat berat apalai melakukannya dengan berjamaah.
2. Mengangkat cinta dari hati, cinta pada kekasih sejati
Cinta sesungguhnya adalah cinta-Nya kepada kita. Demikian pula seharusnya kita membalas cinta-Nya dengan cinta sekemampuan kita. Berbuat baiklah seperti Dia berbuat baik kepada-Mu. Hanya dengan jalan cinta kita akan sampai kepada Pemilik Cinta.
3. Mengangkat rasa kasih sayang dari sesama mukmin dan kerabat.
1. Mengangkat Keberkahan di muka bumi
Banya orang yang tidak percaya akan adanya keberkahan. Mereka lebih percaya pada bertambahnya kekyaan. Menanam apa saja hampir saja kita kekurangan, pekerjaan harus ndobel-ndobel, itupun masih terasa berat untuk mencukupi kebutuhan. Berkah banyak yang mengartikan sebagai berlipat-lipatnya harta. Berkah itu berlipatnya kebaikan, sekali lagi bukan ukuran harta, tetapi ukuran ukhrowi. Banyak ibadah yang kita harapkan menjadi uang. Kita menanam kita harapkan menjadi uang. Segala sepak terjang kita harapkan menjadi uang. Supaya berkah katanya. Keberkahan bisa berarti kesehatan, kedamaian, kebahagiaan, nikmat dalam beribadah meski boleh saja kita kaya.
Bumi semakin penuh bahan kimia. Bumi semakin panas, Bumi semakin menumpuk sampah anorganik. penyakit baru bermunculan. Pepohonan semakin langka. Teknologi seolah-olah semakin maju. namun kebutuhan semakin tak terpenuhi karena hasrat manusia yang tanpa batas dan tanpa kendali. Agama hanya sebagai bahan perdebatan dan dialog. Kemaksiatan menjadi hal yang biasa. Keberkahan bumi benar-benar dicabut. Untuk melakukan kebaikan terasa sangat berat apalai melakukannya dengan berjamaah.
2. Mengangkat cinta dari hati, cinta pada kekasih sejati
Cinta sesungguhnya adalah cinta-Nya kepada kita. Demikian pula seharusnya kita membalas cinta-Nya dengan cinta sekemampuan kita. Berbuat baiklah seperti Dia berbuat baik kepada-Mu. Hanya dengan jalan cinta kita akan sampai kepada Pemilik Cinta.
3. Mengangkat rasa kasih sayang dari sesama mukmin dan kerabat.
Mengangkat rasa kaasih sayang dari para kerabat,
Mengangkat sifat rasa adil dari pemerintah,
Mengangkat sifat pemalu dari para perempuan,
Mengangkat sifat sabar dari fakir miskin,
Mengangkat sifat pemurah dari orang orang kaya,
Mengangkat sifat Wara’ ulama sehingga ia menjual agamanya sendiri untuk kepentingan pribadinya sendiri,
Mengangkat Al-Qur’an (tidak ada lagi yang bisa membaca Al-Quran),
Diangkatnya Iman dari seluruh bumi, dan ini yang akan menyegerakan kiamat.
Akhlaq : Sifat Sifat manusia Yang Bergelar Ibadurrahman
Tafsir Al Furqan Ayat
63-77
Ayat 63-77: Seorang muslim hendaknya menyifati dirinya
dengan sifat hamba-hamba Allah yang mendapatkan kemuliaan dengan beribadah
kepada-Nya dan agar ia mendapatkan pahala yang besar di akhirat.
وَعِبَادُ
الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ
الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا (٦٣) وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا
وَقِيَامًا (٦٤) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ
عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (٦٥) إِنَّهَا
سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (٦٦) وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ
يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا (٦٧) وَالَّذِينَ لا
يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ
اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
(٦٨) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا
(٦٩) إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ
اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (٧٠) وَمَنْ تَابَ
وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (٧١) وَالَّذِينَ لا
يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
(٧٢) وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا
صُمًّا وَعُمْيَانًا (٧٣) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا (٧٤) أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا
تَحِيَّةً وَسَلامًا (٧٥) خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (٧٦) قُلْ
مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ
لِزَامًا (٧٧
Terjemah Surat Al Furqan Ayat 63-77
63. [1]Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha
Pengasih[2] itu adalah orang-orang yang berjalan
di bumi dengan rendah hati[3] dan apabila orang-orang bodoh menyapa
mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam[4],”
64. dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam
untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri[5].
65. Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami,
jauhkanlah azab Jahanam dari kami[6], karena sesungguhnya azabnya itu
membuat kebinasaan yang kekal,”
66. sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap
dan tempat kediaman[7].
67. Dan (termasuk hamba-hamba Allah Yang Maha
Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta)[8], mereka tidak berlebihan[9], dan tidak (pula) kikir[10], di antara keduanya secara wajar[11],
68. [12]dan orang-orang yang tidak
mempersekutukan Allah dengan sembahan lain[13] dan tidak membunuh orang yang
diharamkan Allah[14] kecuali dengan (alasan) yang benar[15], dan tidak berzina[16]; dan barang siapa melakukan
demikian itu[17], niscaya dia mendapat hukuman yang
berat,
69. (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada
hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina[18],
70. [19]kecuali orang-orang yang bertobat[20] dan beriman[21] dan mengerjakan amal saleh[22], maka kejahatan mereka diganti
Allah dengan kebaikan[23]. Allah Maha Pengampun[24] lagi Maha Penyayang[25].
71. Dan barang siapa bertobat dan mengerjakan amal
saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang
sebenar-benarnya[26].
72. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian
palsu[27], dan apabila mereka bertemu[28] dengan (orang-orang) yang
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah[29], mereka berlalu dengan menjaga
kehormatan dirinya[30],
73. dan orang-orang yang apabila diberi peringatan
dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidak bersikap sebagai orang-orang yang
tuli dan buta[31],
74. dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami pasangan kami[32] dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami)[33], dan jadikanlah kami pemimpin[34] bagi orang-orang yang bertakwa[35].”
75. Mereka itu akan diberi balasan yang tinggi (dalam
surga)[36] atas kesabaran mereka[37], dan di sana mereka akan disambut
dengan penghormatan dan salam[38],
76. Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik
tempat menetap dan tempat kediaman.
77. [39]Katakanlah (Muhammad, kepada
orang-orang musyrik), "Tuhanku tidak akan mengindahkan kamu, kalau tidak
karena doamu[40]. (Tetapi bagaimana Dia mengindahkan
kamu), padahal sungguh, kamu telah mendustakan (Rasul dan Al Qur’an)? Karena
itu, kelak (azab) pasti (menimpamu)[41].”
[1] Selanjutnya Allah
Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan banyaknya kebaikan-Nya, nikmat-Nya kepada
hamba-hamba-Nya serta taufiq-Nya kepada mereka untuk beramal saleh sehingga
mereka berusaha mencapai tempat-tempat tinggi di kamar-kamar surga.
[2] Ubudiyyah
(penghambaan) terbagi menjadi dua:
- Ubudiyyah kepada rububiyyah Allah, maka dalam hal
ini semua manusia ikut di dalamnya, baik yang muslim maupun yang kafir, yang
baik maupun yang jahat, semuanya adalah hamba Allah yang diatur-Nya. Allah
Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Tidak ada seorang pun di langit dan di
bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.”
(Terj. Maryam: 93)
- Ubudiyyah kepada uluhiyyah Allah, yaitu ibadah yang
dilakukan para nabi dan para wali-Nya, dan penghambaan kepada uluhiyyah inilah
yang dimaksud dalam ayat di atas. Oleh karena itulah, Allah hubungkan kata
‘ibaad” (hamba-hamba) kepada Ar Rahman sebagai isyarat bagi mereka, bahwa
mereka memperoleh keadaan ini disebabkan rahmat-Nya.
Dalam ayat ini dan selanjutnya, Allah Subhaanahu wa
Ta'aala menyebutkan sifat-sifat mereka yang merupakan sifat yang sangat utama.
[3] Dia bertawadhu’
(berendah diri) kepada Allah dan berendah hati kepada makhluk-Nya. Ayat ini
menerangkan sifat mereka, yaitu sopan, tenang, dan bertawadhu’.
[4] Yakni ucapan yang
bersih dari dosa. Mereka memaafkan orang yang bodoh dan tidak mengucapkan
kecuali yang baik. Mereka santun dan tidak membalas keburukan dengan keburukan,
tetapi membalasnya dengan kebaikan.
[5] Maksudnya
orang-orang yang shalat tahajjud di malam hari semata-mata karena Allah.
[6] Yakni hindarkanlah
dari kami; jagalah kami dari sebab-sebab yang memasukkan kami ke dalamnya, dan
ampunilah perbuatan kami yang mendatangkan azab.
[7] Ucapan ini mereka
ucapkan karena tadharru’ (merendahkan diri) kepada Tuhan mereka, menjelaskan
butuhnya mereka kepada Allah, dan bahwa mereka tidak sanggup memikul azab Allah
serta agar mereka dapat mengingat nikmat-Nya.
[8] Baik nafkah wajib
maupun sunat.
[9] Sampai melewati
batas sehingga jatuh ke dalam pemborosan dan meremehkan hak yang wajib.
[10]
Sehingga jatih ke dalam kebakhilan dan kekikiran.
[11]
Mereka mengeluarkan dalam hal yang wajib, seperti zakat, kaffarat dan nafkah
yang wajib dan dalam hal yang patut dikeluarkan namun tidak sampai menimbulkan
madharrat baik bagi diri maupun orang lain. Ayat ini terdapat dalil yang
memerintahkan untuk hidup hemat.
[12]
Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Mas’ud ia
berkata, “Aku bertanya - atau Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya-
, “Dosa apa yang paling besar di sisi Allah?” Beliau menjawab, “Yaitu kamu
adakan tandingan bagi Allah, padahal Dia menciptakanmu.” Aku bertanya,
“Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Engkau membunuh anakmu karena takut jika ia
makan bersamamu.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Engkau
menzinahi istri tetanggamu.” Ibnu Mas’ud berkata, “Lalu turun ayat ini
membenarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “dan orang-orang
yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang
yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina;”
Imam Bukhari juga meriwayatkan dengan sanadnya yang
sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa orang-orang yang
sebelumnya musyrik pernah melakukan banyak pembunuhan dan melakukan banyak
perzinaan, lalu mereka mendatangi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
dan berkata, “Sesungguhnya apa yang engkau ucapkan dan engkau serukan sungguh
bagus. Sudikah kiranya engkau memberitahukan kepada kami penebus amal kami?”
Maka turunlah ayat, “dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan
sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina;” dan turun pula ayat, “Katakanlah,
"Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Terj. Az Zumar: 53)
Syaikh Muqbil berkata, “Tidak menutup kemungkinan ayat
tersebut turun berkenaan dua sebab tersebut secara bersamaan.”
[13] Bahkan
hanya beribadah kepada-Nya dengan ikhlas.
[14]
Yaitu jiwa seorang muslim dan orang kafir yang mengikat perjanjian.
[15]
Seperti membunuh seorang karena membunuh orang lain, membunuh pezina yang
muhshan dan membunuh orang kafir yang halal dibunuh (seperti kafir harbi).
[16]
Mereka menjaga kemaluan mereka kecuali kepada istri-istri mereka dan hamba
sahaya mereka.
[17]
Yakni salah satu di antara ketiga perbuatan buruk itu.
[18]
Ancaman kekal di neraka tertuju kepada mereka yang melakukan ketiga perbuatan
itu (syirk, membunuh dan berzina) atau orang yang melakukan perbuatan syirk.
Demikian pula azab yang pedih tertuju kepada orang yang melakukan salah satu
dari perbuatan itu karena keadaannya yang berupa syirk atau termasuk dosa besar
yang paling besar. Adapun pembunuh dan pezina, maka ia tidak kekal di neraka,
karena telah ada dalil-dalil baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah yang
menunjukkan bahwa semua kaum mukmin akan dikeluarkan dari neraka dan orang
mukmin tidak kekal di neraka meskipun melakukan dosa besar. Ketiga dosa yang
disebutkan dalam ayat di atas adalah dosa besar yang paling besar, karena dalam
syirk merusak agama, membunuh merusak badan dan zina merusak kehormatan.
[19]
Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Sa’id bin Jubair,
ia berkata, “Abdurrahman bin Abzaa memerintahkan aku dengan mengatakan,
“Bertanyalah kepada Ibnu Abbas tentang kedua ayat ini, apa perkara kedua (orang
yang disebut dalam ayat tersebut)?” Yaitu ayat, “Dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang
benar…dst.” (Terj. Al Israa’: 33) dan ayat, “Dan barang siapa yang
membunuh seorang mukmin dengan sengaja ...dst.” (Terj. An Nisaa’: 93) Maka
aku bertanya kepada Ibnu Abbas, ia menjawab, “Ketika turun ayat yang ada dalam
surah Al Furqan, orang-orang musyrik Mekah berkata, “Kami telah membunuh jiwa
yang diharamkan Allah dan kami telah menyembah selain Allah serta mengerjakan
perbuatan-perbuatan keji.” Maka Allah menurunkan ayat, “kecuali orang-orang
yang bertobat…dst.” Adapun yang disebutkan dalam surah An Nisaa’ itu adalah
seorang yang sudah mengenal Islam dan syariatnya, lalu ia melakukan pembunuhan,
maka balasannya adalah neraka Jahanam, ia kekal di dalamnya.” Kemudian aku
menyebutkanya kepada Mujahid, ia berkata, “Kecuali orang yang menyesali
(perbuatannya).”
[20]
Dari dosa-dosa tersebut dan lainnya, yaitu dengan berhenti melakukannya pada
saat itu juga, menyesali perbuatan itu dan berniat keras untuk tidak mengulangi
lagi.
[21]
Kepada Allah dengan iman yang sahih yang menghendaki untuk meninggalkan maksiat
dan mengerjakan ketaatan.
[22]
Yakni amal yang diperintahkan syari’ (Allah dan Rasul-Nya) dengan ikhlas karena
Allah.
[23]
Dalam hal ini ada dua pendapat: Pendapat pertama, perbuatan mereka yang
buruk diganti dengan perbuatan yang baik. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma
berkata, “Mereka adalah kaum mukmin, di mana sebelum beriman, mereka berada di
atas kejahatan, lalu Allah menjadikan mereka benci kepada kejahatan, maka Allah
alihkan mereka kepada kebaikan, sehingga Allah merubah kejahatan mereka dengan
kebaikan. Sa’id bin Jubair berkata, “Allah merubah penyembahan mereka kepada
berhala menjadi menyembah kepada Ar Rahman, yang sebelumnya memerangi kaum
muslimin menjadi memerangi orang-orang musyrik dan Allah merubah mereka yang
sebelumnya menikahi wanita musyrikah menjadi menikahi wanita mukminah.” Al
Hasan Al Basri berkata, “Allah merubah mereka yang sebelumnya amal buruk
menjadi amal saleh, yang sebelumnya syirk menjadi ikhlas dan yang sebelumnya
berbuat zina menjadi menikah, dan yang sebelumnya kafir menjadi muslim.” Pendapat
kedua, keburukan yang telah berlalu itu berubah karena tobat nashuha,
kembali kepada Allah dan ketaatan menjadi kebaikan.
[24]
Bagi orang yang bertobat.
[25]
Kepada hamba-hamba-Nya, di mana Dia mengajak mereka bertobat setelah mereka
menghadapkan kepada-Nya dosa-dosa besar, lalu Dia memberi mereka taufik untuk
bertobat dan menerima tobat itu.
[26]
Hendaknya dia mengetahui, bahwa tobatnya telah sempurna, karena ia telah
kembali ke jalan yang menghubungkan kepada Allah, di mana jalan itu merupakan
jalan kebahagiaan dan keberuntungan. Oleh karena itu, hendaknya ia ikhlas dalam
tobat dan membersihkannya dari campuran maksud yang tidak baik. Kesimpulan ayat
ini adalah dorongan untuk menyempurnakan tobat, melakukannya dengan cara yang
paling utama dan agung agar Allah menyempurnakan pahalanya sesuai tingkat
kesempurnaan tobatnya.
[27]
Ada pula yang menafsirkan dengan tidak menghadiri Az Zuur, yakni ucapan dan
perbuatan yang haram. Oleh karena itu, mereka menjauhi semua majlis yang di
dalamnya penuh dengan ucapan dan perbuatan yang haram, seperti mengolok-olok
ayat-ayat Allah, perdebatan yang batil, ghibah (gosip), namimah (mengadu
domba), mencaci-maki, qadzaf (menuduh zina), nyanyian yang haram, meminum khamr
(arak), menghamparkan sutera, memajang gambar-gambar, dsb. Jika mereka tidak
menghadiri Az Zuur, maka tentu mereka tidak mengucapkan dan melakukannya.Termasuk
ucapan Az Zuur adalah persaksian palsu.
[28]
Yakni tanpa ada maksud untuk menemuinya, akan tetapi bertemu secara tiba-tiba.
[29]
Yakni tidak ada kebaikan atau faedahnya baik bagi agama maupun dunia seperti
obrolan orang-orang bodoh.
[30]
Mereka bersihkan diri mereka dari ikut masuk ke dalamnya meskipun tidak ada
dosa di sana, namun hal itu mengurangi kehormatannya.
[31]
Mereka tidak menghadapinya dengan berpaling; tuli dari mendengarnya serta
memalingkan pandangan dan perhatian darinya sebagaimana yang dilakukan orang
yang tidak beriman dan tidak membenarkan, akan tetapi keadaan mereka ketika
mendengarnya adalah sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya orang
yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila
diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan
memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.”(Terj. As Sajdah:
15) Mereka menghadapinya dengan sikap menerima, butuh dan tunduk. Telinga
mereka mendengarkan dan hati mereka siap menampung sehingga bertambahlah
keimanan mereka dan semakin sempurna keimanannya serta timbul rasa semangat dan
senang.
[32]
Termasuk pula kawan-kawan kami.
[33] Yakni
dengan melihat mereka taat kepada-Mu.
Apabila kita memperhatikan keadaan dan sifat-sifat
mereka (hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih), maka dapat kita ketahui, bahwa
hati mereka tidak senang kecuali ketika melihat pasangan dan anak-anak mereka
taat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Doa mereka agar pasangan dan anak-anak
mereka menjadi saleh sesungguhnya mendoakan untuk kebaikan mereka, karena
manfaatnya kembalinya kepada mereka, bahkan kembalinya untuk manfaat kaum
muslimin secara umum, karena dengan salehnya orang-orang yang disebutkan maka
akan menjadi sebab salehnya orang yang bergaul dengan mereka dan dapat
memperoleh manfaat darinya.
[34]
Yakni pemimpin dalam kebaikan.
[35]
Maksudnya, sampaikanlah kami ke derajat yang tinggi ini; derajat para shiddiqin
dan insan kamil dari kalangan hamba Allah yang saleh, yaitu derajat imam
(pemimpin) dalam agama dan menjadi panutan bagi orang-orang yang bertakwa, baik
dalam perkataan maupun perbuatan mereka, di mana orang-orang yang baik berjalan
di belakang mereka. Mereka memberi petunjuk lagi mendapat petunjuk. Sudah
menjadi maklum, bahwa berdoa agar mencapai sesuatu berarti berdoa meminta agar
diadakan sesuatu yang dapat meyempurnakannya, dan derajat imamah fiddin
tidak akan sempurna kecuali dengan sabar dan yakin sebagaimana disebutkan dalam
surah As Sajdah: 24. Doa agar dijadikan pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa
adalah doa yang menghendaki amal, bersabar di atas perintah Allah, bersabar
menjauhi larangan Allah dan bersabar terhadap taqdir-Nya yang pedih. Demikian
juga dibutuhkan ilmu yang sempurna yang dapat menyampaikan seseorang kepada
derajat yakin. Dengan sabar dan yakin itulah mereka dapat berada pada derajat
yang sangat tinggi setelah para nabi dan rasul. Oleh karena cita-cita mereka
begitu tinggi dan tidak sekedar cita-cita, bahkan mereka melakukan
sebab-sebabnya sambil berdoa kepada Allah, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala
membalas mereka dengan kedudukan yang tinggi (ghurfah) di akhirat.
[36]
Yakni kedudukan yang tinggi dan tempat-tempat yang indah; yang menghimpun semua
yang disenangi dan sejuk dipandang oleh mata.
[37] Di
atas ketaatan kepada Allah.
[38]
Dari Tuhan mereka, dari para malaikat dan dari sesama mereka. Dalam ayat lain,
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “(Yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk
ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya
dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari
semua pintu;---(sambil mengucapkan), "Salamun 'alaikum bima
shabartum" (salam atasmu karena kesabaranmu). Maka alangkah baiknya tempat
kesudahan itu.” (Terj. Ar Ra’d: 23-24)
Wal hasil, Allah Subhaanahu wa
Ta'aala menyifati mereka dengan sikap sopan, tenang, tawadhu’ kepada Allah dan
kepada hamba-hamba-Nya, adabnya baik, santun (tidak lekas marah), berakhlak
mulia, memaafkan orang-orang yang jahil (bodoh), dan berpaling dari mereka,
membalas perbuatan buruk mereka dengan perbuatan baik, melakukan qiyamullail,
ikhlas dalam melakukannya, takut kepada neraka, bertadharru’ (merendahkan diri
sambil berdoa) kepada Allah agar Dia menyelamatkan mereka darinya, mengeluarkan
nafkah yang wajib dan yang sunat, berhemat dalam hal tersebut, selamat dari
dosa-dosa besar, ikhlas dalam beribadah, tidak menzalimi darah dan kehormatan
orang lain, segera bertobat jika terjadi sikap itu, tidak menghadiri majlis
yang munkar dan kefasikan apalagi sampai melakukan, menjauhkan dirinya dari hal
yang tidak berguna yang menunjukkan muru’ah (kesopanan) dan sempurnanya pribadi
mereka, diri mereka jauh dari ucapan dan perbuatan yang hina, menyikapi
ayat-ayat Allah dengan tunduk dan menerima, memahami maknanya dan mengamalkan
serta berusaha mewujudkan hukum-hukumnya dan bahwa mereka berdoa dengan doa
yang yang paling sempurna, di mana mereka mendapatkan manfaat darinya, demikian
pula orang yang bersama mereka, dan kaum muslimin pun mendapatkan manfaat darinya,
yaitu doa untuk kesalehan istri dan keturunan mereka, di mana termasuk ke
dalamnya adalah berusaha mengajarkan agama kepada mereka dan menasehati mereka,
karena orang yang berusaha terhadap sesuatu dan berdoa kepada Allah tentu
mengerjakan sebab-sebabnya, dan bahwa mereka berdoa kepada Allah agar mencapai
derajat yang tinggi yang mereka mampu, yaitu derajat imamah fiddin (pemimpin
dalam agama atau shiddiiqiyyah). Allah mempunyai nikmat yang besar kepada
hamba-hamba-Nya, Dia menerangkan sifat-sifat mereka, perbuatan mereka dan
cita-cita mereka serta menerangkan pahala yang akan diberikan-Nya kepada mereka
agar hamba-hamba-Nya ingin memiliki sifat tersebut, mengerahkan kemampuannya
untuk itu, dan agar mereka meminta kepada Allah yang mengaruniakan nikmat
tersebut, di mana karunia-Nya ada di setiap waktu dan tempat, Dia menunjuki
mereka sebagaimana Dia telah memberi hidayah, serta mendidiknya dengan
pendidikan khusus sebagaimana Dia telah mengurus mereka.
Ya Allah, untuk-Mulah segala puji, kepada-Mu kami
mengadu dan kepada Engkaulah kami meminta pertolongan dan bantuan. Tidak ada
daya dan upaya melainkan dengan pertolongan-Mu. Kami tidak kuasa memberi
manfaat bagi diri kami, demikian pula menimpakan madharrat, dan kami tidak
sanggup melakukan satu kebaikan pun jika Engkau tidak memudahkannya, karena
sesungguhnya kami adalah lemah dari berbagai sisi. Kami bersaksi, jika Engkau
menyerahkan kami kepada diri kami meskipun sekejap mata, maka sesungguhnya
Engkau telah menyerahkan kami kepada kelemahan, kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kami tidak percaya selain kepada rahmat-Mu yang dengannya Engkau
telah menciptakan kami dan memberi kami rezeki serta mengaruniakan kepada kami
berbagai nikmat dan menghindarkan bencana dari kami. Rahmatilah kami dengan rahmat
yang mencukupkan kami dari rahmat selain-Mu, sehingga tidak akan kecewa orang
yang meminta dan berharap kepada-Mu.
[39]
Oleh karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menyandarkan sebagian
hamba-hamba-Nya kepada rahmat-Nya dan mengkhususkan mereka dengan ibadah karena
kemuliaan mereka, mungkin seseorang akan berkata, “Mengapa yang lain tidak
dimasukkan pula dalam ubudiyyah seperti mereka?” Maka di ayat ini Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa Dia tidak peduli dengan selain
mereka, dan bahwa seandainya tidak karena doa mereka kepada-Nya, baik doa
ibadah maupun doa masalah, maka Dia tidak peduli dan tidak mencintai mereka.
[40]
Yakni kepada-Nya di saat sulit, lalu Dia mengabulkannya.
[41]
Maksudnya, azab di akhirat akan menimpamu setelah sebagiannya menimpamu di
dunia (oleh karena itu, 70 orang di antara mereka terbunuh dalam perang Badar),
dan Dia akan memberikan keputusan antara kamu dengan hamba-hamba-Nya yang
mukmin. Selesai tafsir surah Al Furqan dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya,
dan segala puji bagi Allah di awal dan akhirnya.
- See more at:
http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-furqan-ayat-63-77.html#sthash.Ehpfou3r.dpuf
Langganan:
Postingan (Atom)