Jumat, 17 Februari 2017

Mata Kepala Dan Mata Hati

Agama Islam saget jaya lan sukses menawi taksih katah piyantun ingkang ikhlas-ikhlas. Ikhlas meniko tolak ukur kekuatan umat Islam. Ananging ikhlas menika mboten saget dipun ukur saking dhahir, nanging menitikberatkan saking ranah bathiniah. Katah sanget perkawis agami meniko penilaian agami meniko ingkang dipun nilai saking sisi bathin. Dhahir sae menawi bathinipun mboten sae kaetung mboten sae. Pandangan mata kepala meniko katah ingkang mboten pener. Ngangge agami kita dipun didik kaliyan agami kedah mangasah mingising budi, membiasakan diri mirsani sesuatu saking pandangan hati nurani utawi mata hati.

Hati nurani meniko kedah dipun latih supado saged bening. caranipun kedah ngresiki saking hawa lan nepsu, ngersiki saking penyakit hati. Menawi latihan piyambak mesthine awrat sanget. Menikolah kita pelu pados guru mursyid utawi guru sejati utawi guru pembimbing dunya akhirat arupi auliya utawa ulama ingkang wirai lan mumpuni. Bab milih guru menika sampun dados setunggal bab ingkang remit sanget. Amargi sekali salah milih guru sak lawasae bakal cilaka menawi mboten dipun tulung kaliyan Allah piyambak. Guru ingkang gadahi jangkauan mata hati, mata bathin ingkang adedasar akhiratlah ingkang saget lan sae kita dereki. Ibarat  pandangan kita namung kados lampu sepeda motor wonten ing tengahe wengi, guru kita mirsani sesuatu kados mirsane ing wekdal siang. Sahingga saget luih teliti lan ngati-ngati ingdalem menapaki perjalanan gesang punika.

Lagi-lagi akhiratlah sebagai dasar pertimbangan kita melangkah. Akhirat menika harga mati, mboten saget dipun tawar malih. Amargi mbenjing menawi sampun mlebet dumateng alam akhirat kita mboten saget malih memperbaiki keadaan. Menawi ngamal kedah mateng berdasarkan lillah, berdasarkan pertimbangan akhirat. Mboten angger sokor mlampah nopo malih dilambari ngangge hawa nepsu.

Kamis, 09 Februari 2017

Kebaikan Yang Bertingkat

Ketika dulu seseorang masih belum beragama maka membaca syahadat adalah kebaikan. Ketika seseorang sudah mengucapkan syahadat kemudian dianggab muslim melaksanakan shalat dengan tertib baik dan istiqomah adalah kebaikan berikutnya. Ketika seseorang sudah baik shalatnya maka melaksanakan puasa wajib adalah kebaikan berikutnya. Ketika seseorang sudah syahadat shalat dan berpuasa maka menunaikan zakat adalah kebaikan berikutnya. Seseorang yang melengkapi rukun islam dengan menunaikan ibadah haji adalah kebaikan berikutnya. Begitulah seseorang yang terus melakukan kebaikan dengan kebaikan yang bertingkat sesungguhnya dia sedang memperbaiki diri.

Belajar mengenal huruf arab adalah baik. Sehingga mampu membaca al Quran dengan benar adalah kebaikan berikutnya. Belajar Al Quran yang digurukan adalah kebaikan berikutnya. Membaca Al Quran disertai denga ilmunya adalah kebaikan selanjutnya. Membaca Al Quran dengan penghayatan isi  dan maknanya (angen angen sak maknane) adalah kebaikan berikutnya yang membuka peluang kepada kebaikan-kebaikan yang lain.

Shalat  sudah melaksanakan dengan rutin maka melakukannya dengan berjamaah secara istiqomah adalah kebaikan berikutnya. Setelah melaksanakan shalat wajib berjamaah dimasjid dengan baik maka melaksanakan shalat rawatib bakdiyah qabliyah secara rutin adalah kebaikan berikutnya. Setelah bisa melaksanakan shalat sunnah rawatib dengan tekun maka shalat duha adalah kebaikan berikutnya. Setelah melaksanakan shalat duha setiap pagi maka shalat malam qiyamullail ditegakkan tiap sepertiga malam adalah kebaikan berikutnya. Shalat malam telah terbiasa maka menambah wirid setelah shalat merupakan kebaikan berikutnya. Wirid telah terbiasa maka target menghatamkan Al Quran adalah kebaikan berikutnya.Wirid pribadi membaca Al Quran secara pribadi sudah berjalan dengan baik  maka sebagai menu tambahan semisal biasanya menunya tempe tahu dengan mengikuti dzikrul ghofilin berjamaah dan semaan Al Quran berjambah menu tambah sayur dan ikan. Sekali-kali mengganti menu yang berbeda. Alhamdulillah. 

 Jika sudah terbiasa dengan puasa wajib maka tambahan puasa senin kamis adalah kebaikan berikutnya. dilanjutkan dengan puasa yaumul bidh da puasa sunnah lainnya. Berlatih memenuhi zakat fitrah dan zakat mal secara kontinyu lalu infaq sedekah adalah kebaikan berikutnya. Berhaji dengan tersib syarat rukun dan sunnah kemudian mengiringi dengan perbaikan amal sholih adalah kebaikan berikutnya. Puasa tidak sekedar menahan lapar dan haus saja melainkan olah rasa sekaligus olah raga, agar ruhani terbiasa menahan diri dan raga tidak selalu mendapat kesenangan semata tetapi puasa yang penuh dengan penghayatan adalah kebaikan berikutnya. Tersenyum dan mengucapkan kalimat tayyibah bahkan menyingkirkan duri dari jalan adalah kebaikan berikutnya. Itu merupakan cabang-cabang dari keimanan. Sedekah yang tidak disertai perasaan riyak, ujub dan takabbur serta tidak menyakiti dengan kata-kata atau menyebut-nyebut pemberin merupakan kebaikan berikutnya. Dari sebab haji kemudian membawa perdamaian kepada lingkungan sekitar merupakan kebaikan berikutnya.

Belajar dan mencari ilmu itu penting. Lebih penting dan lebih baik lagi adalah pengamalannya. Ilmu yang berguna bagi diri lingkungan dan alam semesta adalah kebaikan berikutnya. Terlebih lagi ilmuu agama, tidak sesederhana teorinya. Melaksanakan ilmu itu adalah kebaikan berikutnya. Ketika seseorang bisa selaras dan harmonis antara hati perkataan dan perbuatan maka itulah kebaikan berikutnya.

Shalat, puasa, zakat, haji, sedekah adalah baik dan penting. Kebaikan berikutnya adalah menyertai dengan hati ikhlas lillah. Menyandarkan bahwa perbuatan baik tadi bukan berdasarkan ego, emosi dan nafsu serta bukan karena selain-Nya. Perbuatan baik tanpa disadari dengan niat yang benar dan keikhlasan maka akan tiada artinya. Perbuatan apapun jika merasa berada dibawah pengawasan-Nya dan merasa melihat-Nya maka itulah kebaikan berikutnya. Proses insan kamil adalah suatu kebaikan berikutnya.


Kebaikan adalah karunia terindah yang paling berharga didunia ini. Kasih membuat kita lebih erat dalam kebersamaan yang sejati. Ketika kita menyadari bahwa sejak awal kita ditakdirkan untuk hidup dalam kelompok (setidaknya dua orang atau lebih) Tanpa kebaikan hidup kita terasa hampa karena hal ini adalah kodrat manusia sebagai mahkluk sosial.

Kebaikan sejati yang terpancar bagai mentari
Kebaikan hati setiap manusia berbeda satu dan yang lainnya. Jika saya menyelami diri sendiri, menemukan bahwa sifat ini dipengaruhi oleh kondisi hati dan perasaan seseorang. Seperti rasa senang dan bahagianya seorang yang tulus dan jujur terpancar keluar dari dalam dirinya dan mengenai orang lain. Kebaikan sejati itu seperti sinar mentari yang dapat memberi kehangatan dan mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain. 

Mustahil dapat berbuat baik jika kebaikan itu tidak terpancar dari dalam hati
Dari penjelasan sebelumnya dapat kita katakan bahwa seseorang mustahil dapat berbuat baik kepada orang lain apabila diri sendiri tidak pernah merasakan kebaikan itu dari awal. Perasaan ini murni ditularkan dari orang ke orang. Apa yang kita lakukan turut memotivasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Masalahnya sekarang adalah, “apakah manusia dapat konsisten untuk selalu berbuat baik?”.
Pada kenyataannya banyak dari kita yang tidak dapat mempertahankan sifat ini. Apalagi mereka yang masih remaja dan dewasa muda dengan emosi yang labil tidak mungkin rasa baik ini dipertahankan lebih lama lagi. Emosi yang meledak-ledak terkadang lepas dan menghancurkan kebaikan yang telah kita lakukan sebelumnya. Perubahan situasi juga turut mempengaruhi suasana hati sehingga turut mengubah sikap-sikap kita sehari-hari.

Sumber kebaikan sejati hanyalah dari Tuhan saja
Kebaikan itu berasal dari dalam hati. Apabila hati tidak baik niscaya yang keluar tidak baik pula. Meskipun yang diekspresikan baik pastilah itu tidak dilakukan dengan ketulusan. Hati yang baik bagaimana memperolehnya? Mustahil kita dapat memperoleh kebaikan sejati dari manusia sebab manusia bisa berubah. Harusnya kita dapat memperoleh hal ini  secara gratis dari Tuhan yang tidak pernah berubah. Oleh karena itu teman, dekatkanlah diri dengan Yang Maha Kuasa. Situasi dan kondisi disekitar sangat banyak mempengaruhi suasana hati seseorang. Hanya orang-orang yang luar biasa yang mampu bertahan dan konsisten dalam hal suasana hati. Berikut ini perbedaan manusia ditinjau dari motivasi perbuatan baik yang dilakukannya.

1. Manusia level satu
Berbuat baik saat mood lagi senang/ sedang bahagia. Mudah sekali berbuat baik saat kita lagi senang, mungkin sedang dapat lotre, menang undian atau keberuntungan lainnya. Misalnya saja ketika kita lagi berbahagia mudah sekali untuk tersenyum kepada orang lain. Perasaan seperti ini membuat kita bisa berbuat baik kepada orang-orang disekitar.

2. Kebaikan tingkat dua
Orang yang berbuat baik dengan maksud-maksud tertentu agar orang lain membalas budinya kelak. Ini adalah kebaikan yang menghendaki balas budi. Layaknya seorang pedagang yang syarat dengan proses transaksi dan tawar menawar. Terlalu mudah melakukan hal ini apalagi ketika kita menginginkan sesuatu dari orang lain.

3. Manusia level tiga
Orang yang Berbuat baik hanya kepada orang yang ia sukai/ senangi. Siapapun bisa melakukan hal ini sebab begitulah dunia ini. Kebaikan yang kita lakukan seperti bola karet yang akan melenting dan kembali ke kita. Banyak dari kita hanya mau dan mampu berbuat baik pada mereka yang kita sukai. Rasa senang dan suka dengan orang lain terjalin mungkin karena hubungan darah, kepercayaan, suku, ras, golongan dan lain sebagainya. Siapapun mampu berbuat baik kepada mereka yang ada didekatnya misalnya saja dalam keluarga.

4. Kebaikan tingkat empat
Berbuat baik saat sedang dalam kondisi bersedih, sekit, lemah, kalah, sial, kehilangan dan keadaan yang buruk lainnya (Keadaan yang buruk akibat kesalahan/ kelemahan sendiri). Saat kita sedang sedih susah sekali rasanya untuk berbuat baik bahkan senyuman kecilpun tidak keluar dari bibir ini. Pahit getirnya kehidupan pasti menyambar setiap orang pada moment-moment yang tidak dapat ditebak. Namun dalam sitasi seperti ini seseorang dapat memilah-milah kehidupannya. Pola pikir dan sudut pandang yang telah berkembang membuat kita mampu menepis (mengabaikan) setiap situasi yang kurang menguntungkan yang datang dari dalam hati maupun lingkungan sekitar lalu tetap menjadi orang yang menyalurkan kebaikan kepada orang lain. Kesedihan dan kegalauan hari ini cukuplah untuk hari ini saja. Setiap hari pasti punya kesusahaannya sendiri-sendiri. Ketika seseorang mampu memetakan/ memilah-milah kehidupannya pastilah ia juga mampu berbuat baik kepada orang lain bahkan ketika ia sedang ditimpa oleh kemalangan.

5. Manusia level lima
Orang yang berbuat baik kepada orang lain tanpa pamrih/ mengharapkan balasan. Perbuatan seperti ini sudah jarang kita temukan. Kita perlu mengembangkan kehidupan kita dan mulai berbuat baik tanpa menuntut apa-apa dari orang tersebut. Perbuatan seperti ini tetap memberi rasa damai dalam hati sekalipun kebaikan kita tidak berbalas sama sekali.

6. Kebaikan tingkat enam
Berbuat baik kepada orang asing yang tidak dikenal dan tidak pernah berbuat baik kepada kita. Jarang dari kita yang dapat berbuat baik kepada orang asing. Sebab kita tidak begitu tahu persis siapa orang itu sebenarnya. Apakah ia bermaksud jahat atau bermaksud baik, tidak ada yang bisa menebaknya kecuali orang-orang yang sudah berpengalaman dan digerakkan oleh hati yang berbelas kasihan. Salah-salah menanggapi orang asing kita bisa terjebak dalam situasi yang salah. Hanya orang-orang yang tangguh dan berani yang mampu melakukannya.

7. Manusia strata tujuh
Berbuat baik saat sedang dibenci orang lain, diremehkan/ direndahkan orang (Suasana hati yang sedang jelek karena ulah orang lain). Saat kita sedang ditekan oleh ejekan dan hinaan dari orang lain namun dibalik semuanya itu kita tidak merasa tertekan sebab berada di jalur yang benar. Saat hidup kita berada diujung tanduk, apakah kita masih bisa berbuat baik? Menjalani hidup di dunia ini, sudah pasti tidak mulus-mulus saja. Ada kerikil-kerikil kecil yang tajam dan beresiko melukai diri ini. Musuh yang diutus dalam kehidupan kita sebenarnya untuk membuat kepribadian kita berkembang. Memafkan dengan sepenuh hati orang-orang yang membenci diri ini adalah suatu perbuatan yang terpuji.

8. Kebaikan strata delapan
Orang yang mampu berbuat baik kepada musuh-musuhnya. Seandainya kita diperhadapkan dengan musuh-musuh kita dan diberi kesempatan untuk membalaskan semua yang pernah mereka lakukan, apakah yang akan anda perbuat? Hanya orang-orang yang mulia yang mampu berbuat baik kepada musuh-musuhnya.
Setelah mengenal semua level kebaikan hati, di strata manakah anda berada sekarang? Ingatlah bahwa mustahil anda melakukan kebaikan sejati apabila tidak memiliki sumber mata air kebaikan yang meluap dari dalam lubuk hati dan terpancar kepada semua orang.
Semakin tinggi level kebaikan anda maka semakin mahir anda mengelola emosi, semakin mengerti dengan keadaan orang lain, semakin sabar, semakin kuat dan semakin banyak hal yang harus di korbankan. Pengorbanan pertama dan utama adalah korban perasaan dan harga diri.

Mulai berbuat baik dari hal-hal yang kecil
Tidak perlu ribet untuk berbaik hati kawan. Mulalah berbuat baik dari hal-hal yang sederhana dahulu sehingga anda lebih matang dan siap untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang lebih besar lagi. Ingatlah bahwa hati yang tulus saat berbuat baik membawa kepada damai dan kelegaan yang sejati. Tanpa ketulusan perbuatan kita terkesan setengah-setengah. Tanpa ketulusan hati tidak tenang dan harap-harap cemas menantikan jawaban dari perbuatan kita. Berikut daftar perbuatan baik dimulai dari hal yang sederhana :
  1. Mendoakan kebaikan sesama
  1. Tersenyum kepada orang lain
  1. Ramah tamah
  1. Menjadi pendengar yang baik
  1. Mau mengalah dan mendahulukan kaum yang lemah
  1. Mengucapkan selamat atas kesuksesan orang lain/ setidaknya bertepuk tangan dan turut dalam kebahagiaannya
  1. Memberi petunjuk arah,
  1. Meberi pengarahan menuju kepada kebaikan
  1. Berbagi kasih (uang, sembako dan lain sebagainya yang berupa materi)
  1. dan lain sebagainya
Mulailah berbagi kasih dengan sesama anggota keluarga. Bagaimana anda bisa menjadi pribadi yang begitu baik diluar sana padahal keluarga sendiri tidak diperhatikan.

Kebaikan yang kita perbuat berhubungan erat dengan kebahagiaan sendiri
Saat kita menebar kasih kepada orang lain secara tidak langsung kita telah membahagiakannya. Bahagianya inilah yang kemudian melenting dan kembali kepada kita hingga membuat hatipun turut bahagia. Dalam setiap maksud baik yang di ekspresikan, hati merasa lega seolah penuh rasanya sebab  kasih adalah kodrat manusia. Inilah salah satu yang menjadi faktor yang turut membuat hari-hari yang dilalui lebih ceria dan penuh semangat. Sebab hati yang terpuaskan membuat hidup lebih tenang dan lebih damai dengan orang lain.

Baik itu artinya tidak merusak dan tidak menambah kerusakan. Waspada terhadap yang makruh dan yang syubhat adalah kebaikan. Bisa menjauhi sesuatu yang haram dan hanya memilih yang halal adalah kebaikan berikutnya. Kemudian menuju kepada berhati-hati terhadap yang halal tetapi berlebihan, itu adalah kebaikan berikutnya. Sesudah seseorang berusaha berbuat baik untuk dirinya sendiri, maka mengajak keluarga dan teman terdekat adalah kebaikan berikutnya. Diam tidak menambah kerusakan juga suatu kebaikan. Kemudian mendoakan semua makhluk seama ciptaanNya agar selamat dan mendapat ridloNya adalah kebaikan berikutnya. Meminta maaf adalah kebaikan sedangkan memberi maaf adalah kebaikan berikutnya. Berbuat kebaikan tidak ada batasnya. Bagaimana mungkin ada batasnya sedangkan kebaikan itu sendiri adalah milikNya. Kebaikan adalah Dia.

Beribacara kebaikan bertingkat tidak ujungnya. Karena ujung segala kebaikan adalah Pemilik Kebaikan itu sendiri. Tidak ada kebaikan tanpa bersandar kepadaNya. Segala kebaikan adalah miliknya. Bahkan Dia-lah sumber kebaikan dan kebaikan itu sendiri. Manusia hanya bisa bersama kebaikan jika dia sendiri punya hati yang baik, punya jiwa bersih atau qolbun salim agar dia singkron dengan kebaikan diatas kebaikan gerak fisik dan gerak dzhohir. Kebaikan dari batiniah merupakan ukuran dari kebaikan di luar. Perasaan dan penghayatan terhadap kebaikan dari dalam kebaikan yang bersifat ruhani dari pada jasmani inilah yang nanti akan membuka peluang kebaikan ditingkat selanjutnya. Kemudian tersadar bahwa segala kebaikan adalah miliknya. Laa ma'buda illallah, laa maksuuda illah,laa mathluba illallah,  laa maujuda illallah. Wallahu a'lam.






Selasa, 07 Februari 2017

Berani Hidup Berani Berjuang

Berani hidup berani berjuang. Bukankah demikian, berani hidup haruslah berani berjuang. Jika tidak berani berjuang, bukankah itu sama dengan kematian. Apa bedanya jika merasa dihidupkan tetapi tidak pernah memiliki perjuangan. Bukankah orang yang mati sudah tak ada lagi perjuangan. Berani hidup harus berani berjuang. Sejak berwujud satu sel manusia adalah hasil seleksi perjuangan. Dari ribuan sel hanya satu yang terwujud. Demikianlah kehidupan ini adalah sawah ladang perjuangan. Hidup di dunia ini selalu berpasangan. Kanan kiri. Siang malam. Senang susah. Tidak ada kesenangan yang terus menerus di dunia ini. Tidak ada kesusahan yang ters menerus di dunia ini.

Demikian juga kita akan diseleksi oleh Yang Maha Menyeleksi apakah nanti kita ini layak berpulang keharibaan-Nya. Hidup tidak hanya soal kaya atau miskin saja. Si miskin harus berjuang agar dia tetap tabah, sabar dan tawakkal dalam menghadapi kemiskinannya. Si Kaya harus tetap berjuang mempertahankan kekayaan dan terus berjuang untuk menggunakan kekayaannya sebagaimana mestinya. Eksistensi perjuangan berujung kepada kesuksesan seseorang. Sukses tidaklah identik dengan kaya harta dan materi. Kaya harta dan materi hanya di dunia, itupun harus mati-matian memperjuangkan sampai ajal menjemput. Bahkan kita tak sempat menikmati kekayaan yang kita miliki.

Bagi yang lemah harus berjuang agar tetap bertahan dan berusaha untuk menjadi kuat. Bagi yang kuat harus berjuang mempertahankan pencapaiannya dan berjuang agar tidak dzalim. Kesenangan dan kesusahan hanyalah ujian yang layak untuk diperjuangkan. Kaya Miskin adalah ujian yang pantas untuk diperjuangkan. Menurut Gus Miek, nasib manusia itu dibagi menjadi tiga yakni; pertama, bahagia dunia dan di akhirat, kedua, bahagia disalah satunya, dan yang ketiga, hancur keduanya. Tentu saja ukuran sukses adalah bisa berbahagia di dunia ini dan berbahagia di akhirat. Namun bagi yang berbahagia di akhirat saja adalah kesuksesan yang ternda atau menunda kesenangan atau kesuksesan di dunia. Namun sungguh malang bagi yang bernasib hanya di dunia ini sukses dan malang lagi jika hancur keduanya. Dunia sudah susah di akhirat juga susah.

Golongan yang perlu kita cermati adalah yang hanya bahagia di dunia saja. Apa jadinya jika mengira di dunia hidup sukses ternyata akhiratnya sangat merugi bahkan celaka. Apa jadinya jika tidak menyadari seolah-olah sukses tapi tidak ada nilai di hadapan-Nya . Celakalah kita yang merasa di dunia ini selamat dan sukses namun ternyata masuk dunia akhirat ternyata tergolong orang yang celaka. Maka disinilah letak perjuangan sebenarnya. Berjuang untuk menghitung diri sebelum nanti kita dihisab. Berjuang untuk selalu koreksi diri jangan sampai kita kepedean menjadi manusia yang mulia. Berjuang untuk selalu merasa butuh pertolongan dari Allah karena hanya denga rahmat dan kasih-Nya kita bisa tertolong. Berjuang untuk selalu menyandarkan apa saja kepeda-Nya. Merasa menjadi manusia lemah tak berdaya dan tidak memiliki apapun. Berjuang untuk merasa bahwa semua ini adalah miliknya. Kelak kepada-Nya-lah semua akan kembali.

Ingat, ketika terluka oleh orang-orang yang sedarah, ingatlah Nabi Yusuf sebagai orang yang dikhianati oleh saudara-saudaranya sendiri. Ketika ternyata menemukan orang tua menentang kita, ingatlah Nabi Ibrahim ketika ayahnya sendiri membawanya pada api. Ketika terjebak oleh masalah di mana sepertinya tidak ada jalan keluar, ingatlah Nabi Yunus ketika terjebak di dalam perut ikan paus. Ketika seseorang memfitnah kitas, ingatlah Aisyah yang difitnah oleh seluruh kota ketika itu. Jika sakit dan menangis karena rasa sakit, ingatlah Nabi Ayub. Apakah sakit itu melebihi sakitnya sang Nabi? Ketika kesepian, ingatlah Nabi Adam yang diciptakan sendirian. Bila kita tidak dapat melihat logika di sekitar, ingatlah Nabi Nuh yang membangun sebuah bahtera tanpa mempertanyakan untuk apa. Jika diejek oleh saudara sendiri, keluarga, teman-teman dan dunia pada umumnya, maka ingatlah pada yang tercinta Nabi Muhammad SAW. Allah SWT sudah mengutus para nabi itu kepada kita agar kita bisa bertahan dalam kesabaran. Hidup adalah perjuangan tanpa batas. Hanya kematian yang membatasi perjuangan seseorang. Selama hayat masih dikandung badan perjuangan akan tetap kita lanjutkan.

Perjuangan sebenarnya adalah melawan diri sendiri atau ego. Berjuang melawan hawa nafsu adalah perjuangan yang sangat berat. Sebab kita dikaruniakan beberapa nafsu. Keinginan adalah sumber penderitaan. Kita akan selalu resah gelisah dan susah jika mneghadapi keinginan yang salah yang bersumber dari nafsu. Nafsu amarah, lawaamah, mutmainnah dan sufiyah. Bahkan berbuat kebaikan dengan ambisi pun belum tentu menjadi kebaikan. begitu rumit perjuangan manusia untuk lebih mengenal dirinya. Sungguh, siapa yang mengenal dirinya ia akan mengenal Tuhannya. Seorang Jalaluddin Rumi berkata, Pernah aku memiliki ribuan keinginan, tetapi ketika aku terjerat oleh keinginan untuk mengenal-Mu, semua keinginan lainnya pun memudar. itu. wallahu a'lam.







Senin, 06 Februari 2017

Hidup Tak Segratis Itu Kawan

Hidup tak segratis itu kawan. Benarkah hidup tak segratis itu kawan? Sekali lagi, hidup tak segratis itu kawan. Hidup itu anugerah. Anugerah bukan berarti gratis. Nafas yang kita bebas hirup seumur hidup, tidak gratis. Keindahan dunia yang kita akses melalui mata, tidak gratis. Suara yang kita dengar melalui telinga, tidak gratis. Sinar Matahari yang kita terima, tidak gratis. Kaki yang digunakan untuk berjalan, tidak gratis. Tangan yang digunakan untuk memegang tidak gratis.

Jika kita di berikan sakit baru tahu rasanya mahalnya mata. Baru tahu rasanya mahalnya hidung. Baru tahu rasanya mahalnya kaki. Baru tahu rasanya mahalnya anggota tubuh kita. jika kehausan baru tahu rasanya mahalnya air. Jika lapar baru tahu rasanya mahalnya makanan. itupun masih semu. Mahal karena bayar dengan uangpun  itu baru secara materi saja. Bukan berarti yang tidak bayar pakai uang itu gratis.

Segala hal di dunia ini ada tanggung jawabnya. Tentu saja tanggung jawab kepada Pencipta dunia ini. Mata untuk apa. Udara yang kita hirup untuk apa. kaki tangan untuk apa. nikmat hidup ini untuk apa. Kelak akan di tagih penggunannya. Kita akan berniaga dengan-Nya. Jangan khawatir, jika kita berniaga dengan-Nya kita tak akan rugi. Segala kenikmatan yang kita terima akan di tanya untuk apa. Maka kita ini hanyalah hamba. Seorang yang harus tunduk taat dan patuh kepada perintah-Nya. Jika kita tidak pandai mengabdi kepada-Nya maka kelak kita akan di denda. Jika kita pandai mengabdi maka sebagai Pencipta tentu akan memaafkannya. Permbuatan baik dan amal sholih adalah bayaran dari apa yang kita terima. Jika tidak, awas setelah kematian adalah kehidupan yang sangat panjang tiada batasnya. Kita masih di tuntut pebayarannya. Bukan berarti yang tidak membayar dengan uang itu adalah gratis.

Apa lantas kita semaunya menjalani hidup yang hanya 7 hari ini? Apa lantas kita semaunya menjalani hidup yang hanya 24 jam ini? Apa lantas kita semaunya menjalani hidup yang hanya 1 menit ini? 1 menit ke depan kita tidak tahu nasib kita. Tak ada jaminan apapun jika satu menit kedepan masih bisa menggunakan semua fasilitas ini. Bolehlah berbuat sesukanya, tapi ingat semua akan mati. Setiap kematian adalah jarak terdekat untuk membayar mahal atas kelalaian penggunaan fasilitas di dunia ini.


Kata Taufiq Ismail dari Krishye "Akan datang hari. Mulut dikunci. Kata tak ada lagi.Akan tiba masa. Tak ada suara. Dari mulut kita. Berkata tangan kita.Tentang apa yang dilakukannya. Berkata kaki kita. Kemana saja dia melangkahnya.Tidak tahu kita. Bila harinyaTanggung jawab tiba. Rabbana,tangan kami, kaki kami, mulut kami, mata hati kami, luruskanlah, kukuhkanlah. Di jalan cahaya sempurna. Mohon karunia kepada kami hamba-Mu yang hina."

Memilih jalan sufi merupakan jalan untuk menggunakan fasiitas dengan sebaik-baiknya kepada Sang Pemberi fasilitas. Apakah disebut gratis jika  besok kita ditagih? Sufi adalah jalan. Suluk dan salik dan Thoriqoh. Sufi adalah jalan pengabdian. Sufi adalah jalan mengenal-Nya dengan lebih dekat. Sufi adalah jalan cinta menuju kepada-Nya. Sufi adalah keniscayaan.

Javanica menuliskan, dalam beberapa ajaran Sufi, Al-Quran dianggap sebagai representasi alam semesta. Sementara, intisari Al-Quran ada pada Surah Al-Fatihah. Intisari Surah Al-Fatihah ada pada Lafal Basmalah. Intisari Lafal Basmalah ada pada Huruf Ba. Intisari Huruf Ba ada pada Titik Ba. Titik Ba adalah perlambang Keilahian. Suwung. Suwung hamengku ana (Suwung yang memangku keberadaan).


Pada Huruf Ba, lengkung serupa perahu di bagian atas adalah perlambang keberadaan yang dipangku oleh titik di bawahnya. Bahwa keberadaan itu dipangku oleh Suwung, oleh Keilahian. Titik Ba adalah awal sekaligus akhir dari segala keberadaan (sangkan paraning dumadi). Dari Titik Ba segala keberadaan tergelar, kepada Titik Ba segala keberadaan tergulung. Gumelar dan gumulung. Manusia sejati adalah ia yang terus menyadari awal gumelar sekaligus akhir gumulungnya.

Sufi adalah pencarian jati diri seorang manusia yang jenuh dengan kehidupannya. Ia ingin mencari makna hidupnya, mencari kedamaian, mencari Titik Ba ke mana-mana, sementara ia sangat dekat dengan dirinya sendiri, di dalam dirinya sendiri. Barang siapa mengenal dirinya maka sungguh dia akan mengenal Rabb-nya. Wallahu a'lam.