Kamis, 09 Februari 2017

Kebaikan Yang Bertingkat

Ketika dulu seseorang masih belum beragama maka membaca syahadat adalah kebaikan. Ketika seseorang sudah mengucapkan syahadat kemudian dianggab muslim melaksanakan shalat dengan tertib baik dan istiqomah adalah kebaikan berikutnya. Ketika seseorang sudah baik shalatnya maka melaksanakan puasa wajib adalah kebaikan berikutnya. Ketika seseorang sudah syahadat shalat dan berpuasa maka menunaikan zakat adalah kebaikan berikutnya. Seseorang yang melengkapi rukun islam dengan menunaikan ibadah haji adalah kebaikan berikutnya. Begitulah seseorang yang terus melakukan kebaikan dengan kebaikan yang bertingkat sesungguhnya dia sedang memperbaiki diri.

Belajar mengenal huruf arab adalah baik. Sehingga mampu membaca al Quran dengan benar adalah kebaikan berikutnya. Belajar Al Quran yang digurukan adalah kebaikan berikutnya. Membaca Al Quran disertai denga ilmunya adalah kebaikan selanjutnya. Membaca Al Quran dengan penghayatan isi  dan maknanya (angen angen sak maknane) adalah kebaikan berikutnya yang membuka peluang kepada kebaikan-kebaikan yang lain.

Shalat  sudah melaksanakan dengan rutin maka melakukannya dengan berjamaah secara istiqomah adalah kebaikan berikutnya. Setelah melaksanakan shalat wajib berjamaah dimasjid dengan baik maka melaksanakan shalat rawatib bakdiyah qabliyah secara rutin adalah kebaikan berikutnya. Setelah bisa melaksanakan shalat sunnah rawatib dengan tekun maka shalat duha adalah kebaikan berikutnya. Setelah melaksanakan shalat duha setiap pagi maka shalat malam qiyamullail ditegakkan tiap sepertiga malam adalah kebaikan berikutnya. Shalat malam telah terbiasa maka menambah wirid setelah shalat merupakan kebaikan berikutnya. Wirid telah terbiasa maka target menghatamkan Al Quran adalah kebaikan berikutnya.Wirid pribadi membaca Al Quran secara pribadi sudah berjalan dengan baik  maka sebagai menu tambahan semisal biasanya menunya tempe tahu dengan mengikuti dzikrul ghofilin berjamaah dan semaan Al Quran berjambah menu tambah sayur dan ikan. Sekali-kali mengganti menu yang berbeda. Alhamdulillah. 

 Jika sudah terbiasa dengan puasa wajib maka tambahan puasa senin kamis adalah kebaikan berikutnya. dilanjutkan dengan puasa yaumul bidh da puasa sunnah lainnya. Berlatih memenuhi zakat fitrah dan zakat mal secara kontinyu lalu infaq sedekah adalah kebaikan berikutnya. Berhaji dengan tersib syarat rukun dan sunnah kemudian mengiringi dengan perbaikan amal sholih adalah kebaikan berikutnya. Puasa tidak sekedar menahan lapar dan haus saja melainkan olah rasa sekaligus olah raga, agar ruhani terbiasa menahan diri dan raga tidak selalu mendapat kesenangan semata tetapi puasa yang penuh dengan penghayatan adalah kebaikan berikutnya. Tersenyum dan mengucapkan kalimat tayyibah bahkan menyingkirkan duri dari jalan adalah kebaikan berikutnya. Itu merupakan cabang-cabang dari keimanan. Sedekah yang tidak disertai perasaan riyak, ujub dan takabbur serta tidak menyakiti dengan kata-kata atau menyebut-nyebut pemberin merupakan kebaikan berikutnya. Dari sebab haji kemudian membawa perdamaian kepada lingkungan sekitar merupakan kebaikan berikutnya.

Belajar dan mencari ilmu itu penting. Lebih penting dan lebih baik lagi adalah pengamalannya. Ilmu yang berguna bagi diri lingkungan dan alam semesta adalah kebaikan berikutnya. Terlebih lagi ilmuu agama, tidak sesederhana teorinya. Melaksanakan ilmu itu adalah kebaikan berikutnya. Ketika seseorang bisa selaras dan harmonis antara hati perkataan dan perbuatan maka itulah kebaikan berikutnya.

Shalat, puasa, zakat, haji, sedekah adalah baik dan penting. Kebaikan berikutnya adalah menyertai dengan hati ikhlas lillah. Menyandarkan bahwa perbuatan baik tadi bukan berdasarkan ego, emosi dan nafsu serta bukan karena selain-Nya. Perbuatan baik tanpa disadari dengan niat yang benar dan keikhlasan maka akan tiada artinya. Perbuatan apapun jika merasa berada dibawah pengawasan-Nya dan merasa melihat-Nya maka itulah kebaikan berikutnya. Proses insan kamil adalah suatu kebaikan berikutnya.


Kebaikan adalah karunia terindah yang paling berharga didunia ini. Kasih membuat kita lebih erat dalam kebersamaan yang sejati. Ketika kita menyadari bahwa sejak awal kita ditakdirkan untuk hidup dalam kelompok (setidaknya dua orang atau lebih) Tanpa kebaikan hidup kita terasa hampa karena hal ini adalah kodrat manusia sebagai mahkluk sosial.

Kebaikan sejati yang terpancar bagai mentari
Kebaikan hati setiap manusia berbeda satu dan yang lainnya. Jika saya menyelami diri sendiri, menemukan bahwa sifat ini dipengaruhi oleh kondisi hati dan perasaan seseorang. Seperti rasa senang dan bahagianya seorang yang tulus dan jujur terpancar keluar dari dalam dirinya dan mengenai orang lain. Kebaikan sejati itu seperti sinar mentari yang dapat memberi kehangatan dan mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain. 

Mustahil dapat berbuat baik jika kebaikan itu tidak terpancar dari dalam hati
Dari penjelasan sebelumnya dapat kita katakan bahwa seseorang mustahil dapat berbuat baik kepada orang lain apabila diri sendiri tidak pernah merasakan kebaikan itu dari awal. Perasaan ini murni ditularkan dari orang ke orang. Apa yang kita lakukan turut memotivasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Masalahnya sekarang adalah, “apakah manusia dapat konsisten untuk selalu berbuat baik?”.
Pada kenyataannya banyak dari kita yang tidak dapat mempertahankan sifat ini. Apalagi mereka yang masih remaja dan dewasa muda dengan emosi yang labil tidak mungkin rasa baik ini dipertahankan lebih lama lagi. Emosi yang meledak-ledak terkadang lepas dan menghancurkan kebaikan yang telah kita lakukan sebelumnya. Perubahan situasi juga turut mempengaruhi suasana hati sehingga turut mengubah sikap-sikap kita sehari-hari.

Sumber kebaikan sejati hanyalah dari Tuhan saja
Kebaikan itu berasal dari dalam hati. Apabila hati tidak baik niscaya yang keluar tidak baik pula. Meskipun yang diekspresikan baik pastilah itu tidak dilakukan dengan ketulusan. Hati yang baik bagaimana memperolehnya? Mustahil kita dapat memperoleh kebaikan sejati dari manusia sebab manusia bisa berubah. Harusnya kita dapat memperoleh hal ini  secara gratis dari Tuhan yang tidak pernah berubah. Oleh karena itu teman, dekatkanlah diri dengan Yang Maha Kuasa. Situasi dan kondisi disekitar sangat banyak mempengaruhi suasana hati seseorang. Hanya orang-orang yang luar biasa yang mampu bertahan dan konsisten dalam hal suasana hati. Berikut ini perbedaan manusia ditinjau dari motivasi perbuatan baik yang dilakukannya.

1. Manusia level satu
Berbuat baik saat mood lagi senang/ sedang bahagia. Mudah sekali berbuat baik saat kita lagi senang, mungkin sedang dapat lotre, menang undian atau keberuntungan lainnya. Misalnya saja ketika kita lagi berbahagia mudah sekali untuk tersenyum kepada orang lain. Perasaan seperti ini membuat kita bisa berbuat baik kepada orang-orang disekitar.

2. Kebaikan tingkat dua
Orang yang berbuat baik dengan maksud-maksud tertentu agar orang lain membalas budinya kelak. Ini adalah kebaikan yang menghendaki balas budi. Layaknya seorang pedagang yang syarat dengan proses transaksi dan tawar menawar. Terlalu mudah melakukan hal ini apalagi ketika kita menginginkan sesuatu dari orang lain.

3. Manusia level tiga
Orang yang Berbuat baik hanya kepada orang yang ia sukai/ senangi. Siapapun bisa melakukan hal ini sebab begitulah dunia ini. Kebaikan yang kita lakukan seperti bola karet yang akan melenting dan kembali ke kita. Banyak dari kita hanya mau dan mampu berbuat baik pada mereka yang kita sukai. Rasa senang dan suka dengan orang lain terjalin mungkin karena hubungan darah, kepercayaan, suku, ras, golongan dan lain sebagainya. Siapapun mampu berbuat baik kepada mereka yang ada didekatnya misalnya saja dalam keluarga.

4. Kebaikan tingkat empat
Berbuat baik saat sedang dalam kondisi bersedih, sekit, lemah, kalah, sial, kehilangan dan keadaan yang buruk lainnya (Keadaan yang buruk akibat kesalahan/ kelemahan sendiri). Saat kita sedang sedih susah sekali rasanya untuk berbuat baik bahkan senyuman kecilpun tidak keluar dari bibir ini. Pahit getirnya kehidupan pasti menyambar setiap orang pada moment-moment yang tidak dapat ditebak. Namun dalam sitasi seperti ini seseorang dapat memilah-milah kehidupannya. Pola pikir dan sudut pandang yang telah berkembang membuat kita mampu menepis (mengabaikan) setiap situasi yang kurang menguntungkan yang datang dari dalam hati maupun lingkungan sekitar lalu tetap menjadi orang yang menyalurkan kebaikan kepada orang lain. Kesedihan dan kegalauan hari ini cukuplah untuk hari ini saja. Setiap hari pasti punya kesusahaannya sendiri-sendiri. Ketika seseorang mampu memetakan/ memilah-milah kehidupannya pastilah ia juga mampu berbuat baik kepada orang lain bahkan ketika ia sedang ditimpa oleh kemalangan.

5. Manusia level lima
Orang yang berbuat baik kepada orang lain tanpa pamrih/ mengharapkan balasan. Perbuatan seperti ini sudah jarang kita temukan. Kita perlu mengembangkan kehidupan kita dan mulai berbuat baik tanpa menuntut apa-apa dari orang tersebut. Perbuatan seperti ini tetap memberi rasa damai dalam hati sekalipun kebaikan kita tidak berbalas sama sekali.

6. Kebaikan tingkat enam
Berbuat baik kepada orang asing yang tidak dikenal dan tidak pernah berbuat baik kepada kita. Jarang dari kita yang dapat berbuat baik kepada orang asing. Sebab kita tidak begitu tahu persis siapa orang itu sebenarnya. Apakah ia bermaksud jahat atau bermaksud baik, tidak ada yang bisa menebaknya kecuali orang-orang yang sudah berpengalaman dan digerakkan oleh hati yang berbelas kasihan. Salah-salah menanggapi orang asing kita bisa terjebak dalam situasi yang salah. Hanya orang-orang yang tangguh dan berani yang mampu melakukannya.

7. Manusia strata tujuh
Berbuat baik saat sedang dibenci orang lain, diremehkan/ direndahkan orang (Suasana hati yang sedang jelek karena ulah orang lain). Saat kita sedang ditekan oleh ejekan dan hinaan dari orang lain namun dibalik semuanya itu kita tidak merasa tertekan sebab berada di jalur yang benar. Saat hidup kita berada diujung tanduk, apakah kita masih bisa berbuat baik? Menjalani hidup di dunia ini, sudah pasti tidak mulus-mulus saja. Ada kerikil-kerikil kecil yang tajam dan beresiko melukai diri ini. Musuh yang diutus dalam kehidupan kita sebenarnya untuk membuat kepribadian kita berkembang. Memafkan dengan sepenuh hati orang-orang yang membenci diri ini adalah suatu perbuatan yang terpuji.

8. Kebaikan strata delapan
Orang yang mampu berbuat baik kepada musuh-musuhnya. Seandainya kita diperhadapkan dengan musuh-musuh kita dan diberi kesempatan untuk membalaskan semua yang pernah mereka lakukan, apakah yang akan anda perbuat? Hanya orang-orang yang mulia yang mampu berbuat baik kepada musuh-musuhnya.
Setelah mengenal semua level kebaikan hati, di strata manakah anda berada sekarang? Ingatlah bahwa mustahil anda melakukan kebaikan sejati apabila tidak memiliki sumber mata air kebaikan yang meluap dari dalam lubuk hati dan terpancar kepada semua orang.
Semakin tinggi level kebaikan anda maka semakin mahir anda mengelola emosi, semakin mengerti dengan keadaan orang lain, semakin sabar, semakin kuat dan semakin banyak hal yang harus di korbankan. Pengorbanan pertama dan utama adalah korban perasaan dan harga diri.

Mulai berbuat baik dari hal-hal yang kecil
Tidak perlu ribet untuk berbaik hati kawan. Mulalah berbuat baik dari hal-hal yang sederhana dahulu sehingga anda lebih matang dan siap untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang lebih besar lagi. Ingatlah bahwa hati yang tulus saat berbuat baik membawa kepada damai dan kelegaan yang sejati. Tanpa ketulusan perbuatan kita terkesan setengah-setengah. Tanpa ketulusan hati tidak tenang dan harap-harap cemas menantikan jawaban dari perbuatan kita. Berikut daftar perbuatan baik dimulai dari hal yang sederhana :
  1. Mendoakan kebaikan sesama
  1. Tersenyum kepada orang lain
  1. Ramah tamah
  1. Menjadi pendengar yang baik
  1. Mau mengalah dan mendahulukan kaum yang lemah
  1. Mengucapkan selamat atas kesuksesan orang lain/ setidaknya bertepuk tangan dan turut dalam kebahagiaannya
  1. Memberi petunjuk arah,
  1. Meberi pengarahan menuju kepada kebaikan
  1. Berbagi kasih (uang, sembako dan lain sebagainya yang berupa materi)
  1. dan lain sebagainya
Mulailah berbagi kasih dengan sesama anggota keluarga. Bagaimana anda bisa menjadi pribadi yang begitu baik diluar sana padahal keluarga sendiri tidak diperhatikan.

Kebaikan yang kita perbuat berhubungan erat dengan kebahagiaan sendiri
Saat kita menebar kasih kepada orang lain secara tidak langsung kita telah membahagiakannya. Bahagianya inilah yang kemudian melenting dan kembali kepada kita hingga membuat hatipun turut bahagia. Dalam setiap maksud baik yang di ekspresikan, hati merasa lega seolah penuh rasanya sebab  kasih adalah kodrat manusia. Inilah salah satu yang menjadi faktor yang turut membuat hari-hari yang dilalui lebih ceria dan penuh semangat. Sebab hati yang terpuaskan membuat hidup lebih tenang dan lebih damai dengan orang lain.

Baik itu artinya tidak merusak dan tidak menambah kerusakan. Waspada terhadap yang makruh dan yang syubhat adalah kebaikan. Bisa menjauhi sesuatu yang haram dan hanya memilih yang halal adalah kebaikan berikutnya. Kemudian menuju kepada berhati-hati terhadap yang halal tetapi berlebihan, itu adalah kebaikan berikutnya. Sesudah seseorang berusaha berbuat baik untuk dirinya sendiri, maka mengajak keluarga dan teman terdekat adalah kebaikan berikutnya. Diam tidak menambah kerusakan juga suatu kebaikan. Kemudian mendoakan semua makhluk seama ciptaanNya agar selamat dan mendapat ridloNya adalah kebaikan berikutnya. Meminta maaf adalah kebaikan sedangkan memberi maaf adalah kebaikan berikutnya. Berbuat kebaikan tidak ada batasnya. Bagaimana mungkin ada batasnya sedangkan kebaikan itu sendiri adalah milikNya. Kebaikan adalah Dia.

Beribacara kebaikan bertingkat tidak ujungnya. Karena ujung segala kebaikan adalah Pemilik Kebaikan itu sendiri. Tidak ada kebaikan tanpa bersandar kepadaNya. Segala kebaikan adalah miliknya. Bahkan Dia-lah sumber kebaikan dan kebaikan itu sendiri. Manusia hanya bisa bersama kebaikan jika dia sendiri punya hati yang baik, punya jiwa bersih atau qolbun salim agar dia singkron dengan kebaikan diatas kebaikan gerak fisik dan gerak dzhohir. Kebaikan dari batiniah merupakan ukuran dari kebaikan di luar. Perasaan dan penghayatan terhadap kebaikan dari dalam kebaikan yang bersifat ruhani dari pada jasmani inilah yang nanti akan membuka peluang kebaikan ditingkat selanjutnya. Kemudian tersadar bahwa segala kebaikan adalah miliknya. Laa ma'buda illallah, laa maksuuda illah,laa mathluba illallah,  laa maujuda illallah. Wallahu a'lam.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar